Advertisement

Kencangnya Belaian Angin Dingin Tangkuban Parahu, Serasa Mau Terbang

Martin Sihombing
Sabtu, 07 April 2018 - 14:35 WIB
Maya Herawati
Kencangnya Belaian Angin Dingin Tangkuban Parahu, Serasa Mau Terbang Pintu Masuk Tangkuban Parahu - JIBI/Bisnis Indonesia/Martin Sihombing

Advertisement

Harianjogja.com, SUBANG-Angin kencang di Tangkuban Parahu, salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat dan sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, membuat tubuh kedinginan dan serasa akan terbang. Semua orang pun berteriak, “Wow! Gile...Kenceng buanget...Serasa mau terbang...” teriak satu pengunjung.

Tak ayal, tiupan angin, atap warung yang menawarkan kaus atau cinderamata lainnya, senantiasa memperdengarkan suara berisik, dipicu oleh hembusan angin. Boleh jadi, hal itu lantaran sesuai dengan keyakinan dari para ahli geologi bahwa kawasan ini berada di dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 meter di atas permukaan laut.

Sejumlah pengunjung objek wisata, berupa kawah di dalam perut Bumi yang berbentuk seperti mangkuk, bekas letusan Gunung Tangkuban Parahu, berjuang untuk mengambil foto diri dengan latar belakang kawah, yangmasih menyemburkan bau belerang.

Kawah ini yang diduga sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda. Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Berfoto di kawasan ini menjadi barang rumit, butuh perjuangan dan tidaklah mudah.

Rambut pengunjung terus dimainkan angin yang berembus kencang, tidak seperti biasanya. Akibatnya, gambar diri mereka, seusai difoto, wajah mereka kerap terlihat berambut ala punk, berdiri.

Bahkan, banyak juga, yang wajahnya ditutupi rambut, umumnya wanita, sehingga foto wajah mereka tidak terlihat sempurna. Udara menjadi sangat dingin. Mereka yang berjaket, pun masih merasakan dingin hingga kedua tangan mereka harus dimasukkan ke dalam saku celana atau kantong jaket mereka.

Pedagang sarung tangan diserbu pengunjung. Harga sarung tangan anak-anak pun naik, hingga Rp50.000, beruntung masih ada pedagang yang menjual dengan harga Rp25.000.

Terus Mengalir
Terlihat, sejak pagi hingga siang itu, antrean wisatawan ke objek wisata tak kunjung surut. Bahkan, gunung Tangkuban Parahu, yang termasuk gunung api aktif dan statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia, seperti akan membeludak.


Beberapa kawahnya, masih menunjukkan tanda-tanda aktif gunung ini. Tanda aktivitas gunung berapi ini antara lain munculnya gas belerang, dan sumber-sumber air panas di kaki atau lereng gunung, seperti di kasawan Ciater, Subang, Jawa Barat.

Puncak gunung itu terus dialiri beragam kendaraan wisatawan. Jumlah bus wisata terus berdatangan, mengantarkan rombongan pelancong. Tak ayal, jumlah bus semakin menyesaki areal parkir khusus bus wisata. Termasuk kendaraan pribadi, terus memenuhi areal parkir di dekat pagar kayu yang membatasi area parkir dengan lubang kawah gunung itu.

Wajah gembira yang sekali-kali berhias mimik menahan dingin, tak menyurutkan mereka untuk melihat kawah nun jauh di bawah sana. Bahkan, mereka berupaya
untuk mencari lokasi yang dianggap paling baik untuk latar belakang foto.

Misalnya, menyusuri jalan selebar 1,5 meter, yang bagian sisi kanan kirinya berbaris warung yang menjajakan kaus khas Tangkuban Parahu dan berbagai cendera mata.

Jalan itu menuju sisi lain dari lubang kawah gunung, yang dibatasi pagar kayu yang kokoh. “Udaranya mantapah... Seperti bukan di Indonesia...” celetuk seorang wisatawan.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 00:57 WIB

Advertisement

alt

Stres Memicu Sakit Punggung, Ini Penjelasannya

Lifestyle
| Jum'at, 19 April 2024, 14:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement