Advertisement

Yuk Belajar Konservasi Penyu di Pantai Trisik

Uli Febriarni
Sabtu, 28 Juli 2018 - 19:17 WIB
Nina Atmasari
Yuk Belajar Konservasi Penyu di Pantai Trisik Dwi Suryaputra menunjukkan seekor penyu yang dikonservasi di Konservasi Penyu Abadi, Pantai Trisik, Desa Banaran, Kecamatan Galur, Jumat (27/7/2018). - Harian Jogja/Uli Febriarni

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO- Saat ini gelombang pantai selatan Jawa termasuk di Kulonprogo sedang mengamuk. Kendati demikian, pantai-pantai di pesisir Kulonprogo akan kembali cantik dan bisa dikunjungi saat kondisi aman dan terkendali.

Bila Pantai Glagah, Pantai Bugel, Pantai Imorenggo, Pantai Karangwuni, Pantai Jangkaran, dan Pantai Congot menawarkan pemandangan pantai nan indah, ada satu pantai yang mengajak pelancong untuik berwisata edukasi. Pantai itu adalah Pantai Trisik.

Advertisement

Di pantai yang terletak di Dusun Sidorejo, Desa Banaran, Kecamatan Galur ini terdapat konservasi penyu yang bisa dikunjungi dan mengajak wisatawan untuk mengenal dunia konservasi penyu langka, yaitu penyu lekang atau lepidochelys oliviacea dan penyu hijau atau chelonia mydas.

Ketua Konservasi Penyu Abadi Pantai Trisik, Jaka Samudra, saat ditemui Jumat (27/7/2018) menuturkan konservasi Penyu Abadi Pantai Trisik mulai aktif dalam konservasi penyu sejak 2002, namun baru resmi tercatat sebagai lembaga konservasi di pemerintah pada 2004.

Waktu bertelur penyu salah satunya penyu lekang terhitung mulai Juni, Juli dan Agustus dengan masa penetasan 45 hari. Setiap sarang mampu menghasilkan telur 100 butir. Bila ditetaskan secara manual, tingkat keberhasilannya mencapai 95%. Setelah menetas, muncullah bayi-bayi mungil penyu yang biasa disebut tukik. Tukik itu kemudian dirawat diberi pakan ikan oleh anggota kelompok selama sekitar 100 hari.

Masa pelepasliaran tukik berkisar September hingga November. Pada masa inilah biasanya ada sejumlah kelompok, komunitas dan pengunjung yang akan menyelenggarakan kegiatan pelepasliaran tukik ke lepas pantai.

Salah seorang pengelola, Dwi Suryaputra, mengatakan kadar salinitas atau kadar garam dalam air begitu krusial bagi penyu, tukik dan telur. Bila kadar garam tidak sesuai, maka akan memberikan pengaruh buruk bagi tukik dan penyu. Misalnya, menyebabkan penyu terkena penyakit jamur pada tubuhnya. "Jamur itu memakan daging penyu, kalau sudah terkena jamur biasanya penyu yang sakit akan dipisah dari penyu lainnya," katanya. Selain kadar salinitas air, cuaca atau iklim juga sangat berpengaruh pada telur penyu. Menurut Dwi, bila udara sedang dingin seperti saat ini, telur biasanya akan lebih lama menetas.

Dwi biasanya memberi makan penyu saat pagi dan sore hari dengan ikan atau udang yang dicacah. Setelah tukik-tukik mungil tumbuh mendewasa, maka mereka akan dilepaskan ke lautan lepas, untuk berjuang hidup seperti penyu-penyu senior lainnya. Namun, biasanya tim konservasi akan menyisakan minimal 10 ekor tukik untk dibiarkan di konservasi, karena mahasiswa dan beberapa pengunjung bisa melihat dan mempelajari penyu dari tepian pantai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Libur Lebaran Usai, Berikut Jadwal dan Tarif Terbaru Bus Damri dari Jogja ke Bandara YIA

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 05:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Dia 20 Negara dengan Udara Paling Tercemar di Dunia, Indonesia Salah Satunya

Lifestyle
| Kamis, 18 April 2024, 21:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement