Advertisement

Xi’an Tak Hanya Ada Pasukan Terakota, Kota di China ini Juga Jadi Pusat Budaya Islam

newswire
Rabu, 10 Oktober 2018 - 17:35 WIB
Maya Herawati
Xi’an Tak Hanya Ada Pasukan Terakota,  Kota di China ini Juga Jadi Pusat Budaya Islam   Bell Tower di Kota Xi'an - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, XI’AN—Jika Anda menyangka jauh-jauh ke Xi’an di Provinsi Shaanxi, China hanya untuk satu tujuan yaitu menonton kedahsyatan Pasukan Terakota, itu anggapan keliru. Kota ini adalah pusat peradaban dan budaya di masa lampau.

Xi’an bahkan menjadi pusat kuliner halal dan wisata muslim di China. Tempat kuliner halal dijajakan di kedai pinggir jalan mau pun restoran-restoran dengan gaya arsitektur zaman kejayaan Dinasti Ming dan Qing.

Advertisement

Di Jalan Pusat Budaya Muslim Bei-Yuan-Men, ada jalan khusus bagi pejalan kaki yang melingkar sepanjang kurang lebih 1.100 meter. Di sepanjang jalan itu, pramusaji kedai atau restoran yang mengenakan busana muslim dan muslimah khas China mendemonstrasikan cara membuat makanan seperti gula-gula atau menyayat daging domba yang digantung di depan restoran mereka.

Wen Boya sudah beberapa kali mengunjungi tempat wisata yang dibangun antara masa Dinasti Ming dan Qing tersebut. Menurut dia kawasan itu selalu padat wisatawan dari dalam maupun luar negeri pada hari-hari libur.

"Pada hari libur nasional China seperti pada tanggal 1 Oktober, kawasan ini sangat padat oleh pengunjung baik tua maupun muda untuk menikmati suasana hari raya serta makanan dan minuman halal," kata Wen Boya, warga China belum lama ini.

Saat itu, ia menawarkan makanan khas kawasan tersebut yang dinamai kue persimon, panganan sebesar kue pastel berwarna merah kekuningan yang terbuat dari umbi-umbian dengan isi kacang-kacangan dan wijen.

Di sana, pelancong bisa menikmati keramaian pasar yang menjajakan aneka makanan dan minuman halal serta barang-barang seperti pakaian, kerudung, tas, boneka, gantungan kunci, serta miniatur bangunan bersejarah dan patung terakota.

"Rata-rata harga di sini berkisar antara 15 hingga 100 Yuan bergantung pada jenis barangnya," kata Wen Boya, seorang pegawai perusahaan industri berat terkemuka di Xian, saat mengantar wartawan Indonesia ke kawasan wisata tersebut.

Kalau lapar, pengunjung bisa langsung menuju kedai-kedai yang menjual makanan berat seperti bubur manis dari nasi dan kacang-kacangan, daging domba goreng, pangsit, bakmi dingin, atau ketan bertabur manisan kurma.

Boya mengatakan sekitar 80% penduduk Xian pemeluk Islam dan daerah tujuan wisata itu memiliki masjid dengan arsitektur bergaya zaman Dinasi Ming dan Qing dan bahan bangunannya sebagian besar berasal dari masa itu.

Masjid Raya Xi'an menurut catatan sejarah yang tertera pada batu prasasti dibangun tahun 742 Masehi pada masa kekuasaan Kaisar Xuangzong Li Longji dari Dinasti Tang. Masjid itu terus dikembangkan semasa Dinasti Song, Yuan, Ming dan Qing.

Tempat ibadah berusia sekitar 1.276 tahun itu sekarang menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun asing, termasuk yang non-muslim. Pengunjung diperbolehkan masuk ke area masjid melalui beberapa gapura kuno yang terbuat dari kayu dengan ukiran khas masa Dinasti Ming dan Qing.

Larry Zheng, yang pernah mengantar wartawan Indonesia ke masjid itu, menuturkan pelancong muslim dapat masuk ke dalam masjid untuk beribadah sembari menikmati keindahan arsitekturnya.

"Namun pengunjung asing yang non-muslim hanya diperbolehkan berada di kompleks bagian luar tempat ibadah untuk melihat dari dekat aktivitas masyarakat muslim dan keindahan arsitektur masjid serta bangunan-bangunan di sekitarnya," kata Larry, pegawai industri berat di China.

10 Juta Wisatawan

Sejak mulai terbukanya pintu gerbang China ke dunia luar pada 1978, Masjid Raya Xi'an telah menarik lebih dari 10 juta wisatawan asing dari berbagai negara termasuk Hong Kong, Macao dan Taiwan. Masjid itu juga telah menerima beberapa tamu negara termasuk pejabat-pejabat pemerintah, kepala-kepala negara dan tamu-tamu kehormatan lainnya dari seluruh dunia.

Di luar kawasan masjid, pelancong juga bisa mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah lain seperti Menara Genderang (Drum Tower) dan Menara Lonceng (Bell Tower). Menara Genderang yang dibuat pada masa Dinasti Ming tingginya 1,8 meter serta berdiameter 2,83 meter di bagian kepala dan 3,43 meter di bagian perutnya. Beratnya 1.800 kilogram.

Sementara itu, lonceng raksasa yang digantung di depan Menara Lonceng tingginya 2,47 meter dan beratnya hampir enam ton.

Benda bersejarah di Xi'an yang dibuat pada masa Dinasti Tang itu semula digunakan untuk berbagai kepentingan seperti penanda waktu dan penanda bahaya saat musuh datang selain dijadikan alat musik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Makna dan Sejarah Telur Paskah, Simbol Kebangkitan Yesus Kristus

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement