Advertisement

KULINER JOGJA: Berburu Es Legen di Gor Among Raga

Lajeng Padmaratri
Selasa, 06 November 2018 - 09:35 WIB
Maya Herawati
KULINER JOGJA: Berburu Es Legen di Gor Among Raga Es Legen Siwalan Gor Amongraga, Jogja - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Es legen menjadi minuman yang pas dinikmati di siang hari yang panas. Meskipun masih kurang populer dibandingkan saudara satu famili pohon palem yaitu es kelapa muda, tetapi kesegaran es legen tidak kalah nikmat.

Di seberang Gedung Olahraga (Gor) Among Raga Jogja dapat dijumpai pedagang es legen yang ramai dikunjungi pembeli, terutama pada siang hari yang panas.

Advertisement

Istilah legen berasal dari bahasa Jawa yang berarti legi. Meski begitu, minuman legen justru tidak menonjolkan manis sebagai rasa utama, melainkan berpadu dengan rasa asam ketika diminum. Rasa segar es legen ini bahkan menyerupai minuman soda jika diminum dalam keadaan dingin. Disajikan dalam segelas cangkir besar dengan tambahan es batu, es legen dapat menjadi penawar dahaga yang murah meriah, yaitu seharga Rp2.000.

Pak Sam mulai berjualan es legen siwalan sejak 2006. Istrinya yang akrab disapa Bu Tin kini yang meneruskan usaha tersebut. “Sejak sebelum gempa 2006 itu sudah jualan,” tutur Bu Tin. Ia dibantu oleh kedua anaknya berjualan.

Setiap harinya, Bu Tin berjualan es legen mulai pukul 11.00-17.00 WIB. Sembari melayani pembeli, kepada Harian Jogja ia menuturkan es legen merupakan minuman tradisional yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. “Saya ambil dari Tuban, dikirim dari sana. Soalnya orang Jogja jarang yang bisa nderes,” jelas perempuan yang juga kelahiran Tuban, Jawa Timur ini.

Menurut penuturan Bu Tin, legen merupakan air hasil deresan dari bunga pohon siwalan yang berbentuk sulur bulat panjang. Untuk mendapatkan airnya, sulur tersebut disayat dan disadap supaya getahnya dapat ditampung dalam tabung bambu.

Ketika dijual, Bu Tin tak hanya menyajikan es legen tersebut dalam seporsi gelas, tetapi pembeli juga dapat membeli legen dalam kemasan botol untuk dibawa pulang. Untuk air legen dengan kemasan botol berukuran 600 ml dijual seharga Rp3.000 sedangkan ukuran 1,5 liter dijual seharga Rp7.000.

Dalam sehari, sebanyak 50 botol ukuran 1,5 liter berisi es legen siwalan mampu terjual. Tak hanya disajikan dengan gelas dan diminum langsung di warung, pembeli es legen dengan kemasan botol juga tak kalah banyak. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut Bu Tin mempersiapkan stok sebanyak 500 botol air legen untuk jangka waktu satu minggu, terlebih di musim panas di mana banyak orang mencari minuman segar.

Es legen siwalan Pak Sam tidak hanya dinikmati oleh pengguna Gor Among Raga, tetapi juga dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga orang kantoran. Meski begitu, pembeli es ini didominasi oleh laki-laki. “Banyak itu mahasiswa UST, kadang UIN juga. Sambil makan nasi bungkus dan gorengan juga,” kata Bu Tin.

Sesekali, jika pohon siwalan sedang musim berbuah, Bu Tin akan menambahkan potongan-potongan siwalan ke segelas es legennya. “Sekarang siwalannya belum ada, belum musimnya. Baru ambil dari Tuban. Kalau legen tiap hari ada,” jelas dia.

Selain menambahkan potongan buah siwalan ke es legen, Bu Tin juga menjual buah siwalan muda secara terpisah. Untuk satu bungkus plastik berisi lima buah siwalan ia jual seharga Rp7.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Usulan Formasi PPPK-CPNS 2024 Disetujui Pusat, Pemkab Bantul: Kami Tunggu Kepastian Alokasinya

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Makna dan Sejarah Telur Paskah, Simbol Kebangkitan Yesus Kristus

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement