Advertisement

WISATA GUNUNGKIDUL : Gedangsari Bakal Miliki Flying Fox Terpanjang di Asia Tenggara

David Kurniawan
Sabtu, 24 Desember 2016 - 12:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
WISATA GUNUNGKIDUL : Gedangsari Bakal Miliki Flying Fox Terpanjang di Asia Tenggara

Advertisement

Wisata Gunungkidul, pembangunan ditarget selesai di awal Januari

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Proses pembuatan flying fox terpanjang di Asia Tenggara di kawasan Ekowisata Green Village, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari sudah dimulai sejak Kamis (22/12/2016). Ditargetkan pembuatan wahana ini selesai dikerjakan pada 10 Januari 2017.

Advertisement

Penambahan arena uji nyali ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah DIY dalam rangka memberdayakan potensi yang ada di Gedangsari. Adapun tujuan dari kegiatan itu untuk bisa memberdayakan masyarakat sehingga tingkat kemiskinan yang ada dapat dikurangi.

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengaku antusias dengan program pengentasan kemiskinan di Gedangsari yang dilakukan oleh Pemerintahan DIY. Dia pun mengapresiasi upaya tim yang membuat wahana flying fox sepanjang 625 meter di puncak green village. Sebab dengan adanya wahana ini, kata dia, dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki kawasan ekowisata di Mertelu yang saat ini mulai dikenal oleh masyarakat secara luas.

“Fasilitas ini sebagai pelengkap. Dengan flaying fox, wisatawan tidak hanya memandang keindahan alam semata, tapi juga bisa melakukan uji nyali dengan mencoba wahana itu,” kata Immawan kepada wartawan, Kamis (23/12/2016).

Dia pun berharap proses pembangunan ini bisa diselesaikan secepatnya sehingga wahana yang ada dapat segera dimanfaatkan. Kendati demikian, Immawan juga meminta kepada tim yang dikenal denga tripe helix memperhatikan aspek keamanan sehingga flying fox benar-benar aman digunakan. “Semua harus diuji benar dan tidak asal-asalan,” katanya.

Lebih jauh dikatakan Immawan, upaya pengentasan kemiskinan di Gedangsari tidak hanya mengacu pada sektor kepariwisataan saja. Sebab dalam prosesnya, pengembangan juga menyasar ke sektor lain seperti industri batik, pertanian hingga perdagangan.

“Semua bisa saling terintegrasi sehingga upaya percepatan pengentasan bisa lebih maksimal. Untuk menjalankan program, tidak hanya dilakukan dari unsur pemerintahan [Pemerintah DIY dan Pemkab Gunungkidul] namun juga melibatkan akademisi atau pun unsur dari luar pemerintahan,” kata mantan Ketua DPW PAN DIY ini.

Sementara itu, Anggota Tripe Helix Cahyo Alkantana menuturkan, pembuatan flying fox sudah melalui kajian yang mendalam. Dari sisi keamanan, ia pun menjamin karena seluruh peralatan yang digunakan berstandar internasional dan didatangkan dari luar negeri.

“Misalnya untuk teknologi yang digunakan mengadopsi di Perancis, sedang untuk talinya kita ambil dari Inggris. Pun demikian, kami juga akan memasang sebuah penangkal petir untuk mengantisipasi keadaan cuaca yang kurang bersahabat,” katanya.

Menurut dia, dengan adanya wahana sepanjang 625 meter ini maka pengunjung akan dimanjakan dan bisa merasakan sensasi terbang dengan kecepatan 80 Km/jam. Cahyo pun mengklaim flaying fox yang dibangun itu merupakan yang terpanjang di Asia Tenggara, karena di daerah lain belum ada yang sepanjang itu.

“Untuk Indonesia, flying fox ini sudah jelas karena di Ancol dan Pacitan panjangnya hanya 400 meter. Sedang di tingkat Asia Tenggara, kami sedang cari referensi, tapi saya meyakini wahana ini tidak ada yang lebih panjang lagi. Saya pun berharap pembangunan ini bisa selesai pada 10 Januari nanti,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Usulan Formasi PPPK-CPNS 2024 Disetujui Pusat, Pemkab Bantul: Kami Tunggu Kepastian Alokasinya

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Makna dan Sejarah Telur Paskah, Simbol Kebangkitan Yesus Kristus

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement