Advertisement
Raja Ampat Siapkan Wisata Darat Kenalkan Keanekaragaman Hayati

Advertisement
Harianjogja.com, WASAI—Keanegaragaman hayati kawasan hutan di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat bakal dikembangkan dan ditata untuk menarik wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat Yusdy Lamatenggo di Waisai, Papua Barat mengatakan bahwa pariwisata Raja Ampat lebih terkenal adalah wisata bahari dibandingkan wisata darat, padahal potensi darat begitu luar biasa.
Advertisement
Dia mengatakan Balai Besar KSDA Papua Barat dan Fauna Flora International Indonesia Programme di Raja Ampat telah melakukan penelitian terkait kekayaan alam hutan Raja Ampat sebagai data awal guna dikembangkan sektor pariwisata.
Karena itu, kata dia, jika potensi darat tersebut dimasukkan dalam perencanaan pengelolaan pariwisata dinas pariwisata maka pariwisata daerah setempat akan lebih baik.
Menurut dia, Raja Ampat memiliki rencana induk tata daerah yang banyak mengatur laut. Pengelolaan pariwisata belum menyentuh daratan karena sebagian daratan termasuk cagar alam. Namun, kawasan sekitar cagar alam masih bisa memanfaatkannya.
"Tingginya keanekaragaman satwa dan tumbuhan di Raja Ampat menjadi daya tarik kegiatan pariwisata. Ada lebih dari 186 jenis burung, 40 jenis amfibi, 13 jenis reptil, 32 jenis mamalia, 350 jenis pohon kayu dan palem, 57 jenis anggrek, dan 5 jenis kantong semar yang dapat menjadi obyek untuk wisata," ujarnya.
Livelihood Officer Fauna dan Flora International Indonesia Programme Wolter Gaman yang memberikan keterangan terpisah, mengatakan program ekowisata yang didampingi oleh FFI salah satunya adalah wisata kampung dan alam.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengenalkan tentang pentingnya menjaga alam dan jasa lingkungan dapat dimanfaatkan dalam bentuk ekowisata. "Tidak saja keanekaragaman hayati, budaya, dan sosial masyarakat juga memiliki potensi yang tinggi untuk ekowisata," ucapnya.
Dikatakan, pendekatan kepada masyarakat tidak berhenti. Masyarakat semakin tertarik dalam mengembangkan kampung sebagai destinasi wisata.
Pada awal 2015 bersama BBKSDA Papua Barat, FFI mencoba menfasilitasi Kampung Warimak, Kalitoko, Wawiyai, Saporkren, dan Waifoi sebagai desa wisata.
Begitu pula Kampung Saporkren masyarakat semakin giat untuk mengembangkan guest house dan wisata pengamatan burung dan tenaga pemandu wisata.
Ia menyampaikan guna menghasilkan pribadi yang ramah terhadap para tamu, diselenggarakan pelatihan pelayanan guest house, homestay, dan teknik kepemanduan.
Selain itu, memberi bantuan solar sel dan kasur, serta melibatkan pemuda kampung untuk berperan aktif menjaga dan monitor wilayah mereka dengan memberi bantuan kamera dan GPS.
"Wisata yang tengah dikembangkan FFI bersama masyarakat lokal Raja Ampat, antara lain tracking panorama alam, tracking malam, mancing malam, wisata proses tokok sagu, aktivitas berkebun, pengamatan burung, gua kelelawar, budaya dan cerita rakyat," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menikmati Wisata Sungai di Canden Bantul
- Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
- Daftar Tempat Wisata dengan Antrean Terlama, Pengunjung Harap Bersabar
- Pakar UGM: DIY Perlu Kembangkan Wisata Weekdays
- Menikmati Keindahan Danau Baikal di Siberia Tenggara, Tertua di Bumi Berusia 25 Juta Tahun
Advertisement
Advertisement

Indonesia Jadi Negara dengan Peringkat ke-13 Terbaik untuk Pensiun
Advertisement
Advertisement
Advertisement