Advertisement

Membelah Hutan Perawan di Tanjung Puting

Newswire
Kamis, 28 Juni 2018 - 14:35 WIB
Maya Herawati
Membelah Hutan Perawan di Tanjung Puting   Kapal yang digunakan untuk berlayar membelah Sungai Sekonyer di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, TANJUNG PUTTING—Berperahu membelah hutan perawan di Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah melewati Sungai Sekonyer akan menghadirkan sensasi wisata petualangan mendebarkan.

Teriakan panjang bekantan dan orangutan terdengar bersautan seakan menyambut setiap kapal klotok yang membawa rombongan wisatawan memasuki Taman Nasional Tanjung Puting, di Kalimantan Tengah.

Advertisement

Hutan yang perawan dengan aneka satwa liar menjadi sesuatu yang dicari wisatawan penyuka petualangan. Ada tantangan nyali juga di dalamnya karena sepanjang sungai masih banyak buaya yang bersembunyi. Pemandu wisata selalu meminta wisatawan untuk tidak mengeluarkan anggota badan, yang kerap ia tekankan lebih saat memasuki kawasan tertentu.

Sementara sepanjang jalur trekking di hutan juga masih dijumpai ular piton dan macan kumbang. Tetapi, dari aneka satwa yang ada, orangutan menjadi tujuan utama wisatawan datang, mengingat kawasan itu sejatinya merupakan kerajaan orangutan yang tersisa dengan populasi terbanyak di dunia.

Saat ini taman nasional itu lebih dikenal sebagai konservasi terbesar untuk orangutan yang 90% DNA-nya mirip manusia. Itulah sebabnya petugas setempat menyebut jumlah orangutan bukan dengan kata "ekor" tetapi "individu", terlebih faktanya mereka juga memang tak punya ekor.

Taman nasional itu terbagi dengan zona-zona kekuasaan orangutan, misalnya ada areal Kamp Tanjung Harapan dengan pimpinan Gundul, 36, dan di Kamp Leakey dengan pimpinan Tom, 36. Dua kamp itu bisa diakses melalui Sungai Sekonyer dan pengunjung bisa menyaksikan kawanan mereka saat petugas memberikan makan di panggung kayu yang disediakan.

Taman nasional yang berada di ujung selatan Kalimantan Tengah itu memiliki luas 415.050 hektare yang terbagi menjadi tiga wilayah pengelolaan. Dua kamp itu berada di wilayah II dan menjadi wilayah terluas.

Kawasan itu sudah ditetapkan sebagai suaka margasatwa pada zaman penjajahan Belanda pada 1937, dan kemudian mengalami perambahan parah di era 1970-1990-an sehingga tahun 1996 diputuskan menjadi taman nasional.

Untuk memasuki kawasan itu, pengunjung akan mulai memasuki muara Sungai Sekonnyer ditandai kehadiran Patung Orangutan dengan sambutan selamat datang. Jelajah sungai sekonyer menjadi agenda utama wisata karena objek yang akan ditinjau memang berada di pinggir sungai itu.

Pertama wisatawan akan disuguhi pemandangan deretan pohon nipah yang rapat. Wisatawan mancanegara banyak yang meminta perahu klotok bermalam di sisi pohon nipah ini karena kalau malam akan muncul ribuan kunang-kunang. Sensasi luar biasa karena mereka tidur di dek kapal dengan kelambu yang dihinggapi kerlap-kerlip kunang-kunang.

 

Pemimpin Kelompok

Tom, 36, si orang utan menjadi pemimpin kawanannya pada 2007 setelah memenangkan perkelahian dengan Kusasih, orangutan yang melegenda karena mampu bertahan 32 tahun sebagai penguasa kawasan Kamp Leakey.

Menurut Agus Diyanto, petugas Polhut Balai TNTP, populasi orangutan di kamp itu dianggap sudah penuh dengan data kepadatan, pada 2016, mencapai 1,36 individu per kilometer persegi (km2), sehingga pelepasan orangutan berikutnya akan dialihkan ke kawasan lain di Sungai Buluh yang lebih berada di tengah kawasan taman nasional.

Kawasan TNTP di wilayah Kotawarungin Barat mempunyai kepadatan 1,119 individu per km2 atau jumlah populasi sekitar 839 individu. Sementara di TNTP yang masuk wilayah Kabupaten Seruyan mempunyai kepadatan rendah seperti di Baung hanya 0,84 individu per km2, dan Tanjung Rengas 0,77 per km2.

Pelepasliaran orangutan terakhir dilakukan di area Sungai Buluh Kecil, pada Mei 2017 sebanyak empat individu. Lima tahun sebelumnya juga ada 23 individu yang dilepas di area Sungai Sulung.

Setiap resort yang membawahi area mempunyai tugas untuk memonitor perkembangbiakan flora dan fauna. Terkadang petugas harus berpatroli sampai menginap beberapa hari di tengah hutan untuk mengusir siapapun yang berupaya mengganggu keseimbangan ekosistem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Makna dan Sejarah Telur Paskah, Simbol Kebangkitan Yesus Kristus

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement