Advertisement

Promo November

Ketinggian Puncak Gunung Everest Bertambah, Ini Penjelasannya

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 01 Oktober 2024 - 22:07 WIB
Maya Herawati
Ketinggian Puncak Gunung Everest Bertambah, Ini Penjelasannya Gunung Everest / Bisnis.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Ketinggian puncak Gunung Everest naik hingga 50 meter atau 164 kaki. Hal ini ditunjukkan oleh hasil studi baru.

Menurut para ilmuwan peneliti,  bertambahnya ketinggian puncak Gunung Everest, kemungkinan disebabkan oleh sebuah sungai sekitar 46 mil (75 kilometer) dari Everest “ditangkap” oleh sungai lain sekitar 89.000 tahun yang lalu.

Advertisement

Erosi akibat peristiwa ini mengukir sebuah ngarai besar, menyebabkan hilangnya daratan yang membuat gunung tersebut mengalami lonjakan pertumbuhan besar-besaran.

Pada ketinggian 29.031,69 kaki (8.848,86 m) di atas permukaan laut, Gunung Everest adalah puncak tertinggi di daratan. Tapi ia “lebih tinggi dari yang seharusnya,” kata rekan penulis studi Adam Smith, seorang peneliti di departemen Ilmu Bumi University College London, dilansir dari Live Science.

Di Himalaya, perbedaan ketinggian antara sebagian besar puncak gunung adalah sekitar 164 hingga 328 kaki (50 hingga 100 m). Namun Everest lebih tinggi 820 kaki (250 m) dari gunung tertinggi berikutnya, K2. “Ini mungkin mengisyaratkan sesuatu yang menarik sedang terjadi,” kata Smith.

Data GPS menunjukkan Everest tumbuh dengan kecepatan sekitar 0,08 inci (2 milimeter) per tahun, lebih tinggi dari perkiraan tingkat kenaikan pegunungan tersebut. Untuk mengetahui akar permasalahannya, para peneliti mengamati apakah sungai-sungai yang tidak biasa di Himalaya dapat mendorong peningkatan tersebut.

BACA JUGA: Sudah Ada Pemenang Tender, Pembangunan TPST Donokerto Telan Anggaran Rp10,9 Miliar

“Sungai Arun aneh karena mengalir dalam bentuk huruf L,” kata Smith. “Sebagian besar sungai menyerupai pepohonan, dengan batang yang relatif lurus, dan cabang-cabang (anak-anak sungai) mengalir ke dalam batang tersebut. Namun, Arun mengalir dari Timur ke Barat [timur ke barat] di sepanjang bagian hulunya, sebelum berbelok 90 derajat dan mengalir ke selatan melalui pegunungan Himalaya. Ini mengisyaratkan bahwa mungkin sungai tersebut baru saja berubah bentuk, dan mungkin 'menangkap' sungai lain."

Untuk penelitian yang diterbitkan Senin (30 September) di jurnal Nature Geoscience, para peneliti menggunakan model numerik untuk menyimulasikan bagaimana jaringan Sungai Kosi –yang mengalir melalui Tiongkok, Nepal, dan India– berevolusi dari waktu ke waktu. Mereka kemudian membandingkan model mereka dengan topografi yang ada untuk menentukan simulasi mana yang paling sesuai.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa Sungai Arun (sekarang menjadi anak sungai utama Sungai Kosi) direbut oleh Kosi sekitar 89.000 tahun yang lalu. Sungai yang dialihkan ini menyebabkan gelombang erosi sungai sehingga membentuk Ngarai Sungai Arun.

Penciptaan jurang dan erosi sungai, menurut para peneliti, akan menghilangkan cukup banyak daratan sehingga membuat daratan di sekitarnya menjadi lebih ringan, sehingga menyebabkan munculnya Everest.

Gunung tersebut telah meningkat antara 50 dan 164 kaki (15 hingga 50 m) sejak peristiwa penangkapan tersebut, menurut model.

Tidak jelas apa yang menyebabkan sungai itu tertampung, kata Smith. Bisa jadi satu sungai terkikis ke sungai lain, kemudian Sungai Kosi terkikis mundur hingga masuk ke Sungai Arun dan “mencuri” sebagiannya, ujarnya. Kemungkinan lainnya adalah meluapnya danau glasial sehingga menimbulkan bencana banjir yang menyapu bersih penghalang alami antara sungai Kosi dan Arun. “Kami tidak yakin mekanisme mana yang paling mungkin terjadi,” kata Smith.

Everest harus terus bertambah besar hingga jaringan sungai sepenuhnya merespons perubahan yang terjadi, kata Smith. Langkah penelitian selanjutnya adalah melihat lebih dekat ngarai dan daerah lain yang dialiri Sungai Arun. Hal ini akan memungkinkan mereka mempersempit tanggal peristiwa pengambilan sehingga model dapat diperiksa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Bayi Laki-laki Ditemukan dalam Kondisi Hidup di Jembatan Widuri Bantul

Bantul
| Selasa, 26 November 2024, 12:37 WIB

Advertisement

alt

Asam Lambung Kronis Kumat di Malam Hari? Ini Tips Mengatasinya

Lifestyle
| Selasa, 26 November 2024, 10:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement