Advertisement

WISATA MAGELANG: Jajan di Pasar Kebon Watu Gede, Bayar Pakai Benggol

Nina Atmasari
Senin, 12 November 2018 - 09:35 WIB
Maya Herawati
WISATA MAGELANG: Jajan di Pasar Kebon Watu Gede, Bayar Pakai Benggol Penjual Dawet di Pasar Kebon Watu Gede, Magelang, Jawa Tengah - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG—Pasar Kebon Watu Gede di Dusun Jetak Sidorejo, Bandongan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah didirikan di antara papringan atau hutan bambu. Dirancang sebagai pasar wisata, spot belanja jajanan tempo dulu ini hanya buka Minggu Pahing dan Minggu Legi.

Pasar ini semula hanyalah sebuah lahan ditumbuhi rumpun bambu, tetapi kemudian disulap menjadi sebuah pasar yang berkonsep tempo dulu dengan mengangkat nilai-nilai tradisional. Pasar ini diinisiasi komunitas sukarelawan, Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Jawa Tengah.

Advertisement

Genpi beranggotakan pegiat wisata yang terdiri dari para admin media sosial (sosmed), blogger dan traveler. Mereka dibentuk oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) disetiap provinsi untuk membantu promosi wisata di media sosial.

Menginisiasi Pasar Kebon Watu Gede adalah bagian dari upaya Genpi Jateng memviralkan tempat wisata lokal. Genpi pun mengembangkan pasar wisata ini menjadi destinasi digital. Maka sejak masuk area persawahan dan perkebunan sepanjang kurang 500 meter, banyak titik dibangun swafoto. Ada spot pohon, bunga hingga lambang cinta. Sepanjang jalan rabat beton tersebut juga dipasangi bambu yang berhiaskan caping warna-warni.

Di dalam pasar, sesuai dengan konsep yang diangkat yakni tempo dulu, ornamen dan peralatan yang digunakan oleh para pedagang berupa alat-alat tradisional. Mereka menggunakan lincak dari bambu yang diberi lubang di tengahnya untuk tempat duduk penjual.

Peralatan makan juga menggunakan alat tradisional berupa piring gerabah, piring anyaman bambu, gelas dari batang bambu, mangkok dari batok kepala dan sendok dari kayu atau batok kelapa.

Alat Pembayaran

Ada aturan khusus untuk pengunjung yang akan berbelanja, yakni mereka hanya bisa membeli menggunakan benggol. Benggol merupakan alat tukar yang berupa lempengan kayu sebesar 2cmx2cm. Untuk mendapatkan benggol pengunjung harus membelinya di dekat gapura masuk pasar tersebut. Satu keping benggol dijual seharga Rp2.000.

Tak hanya belanja dan menikmati kuliner, pengunjung pasar ini juga bisa memanfaatkan waktu untuk bersantai dengan duduk-duduk di antara rumpun bambu. Banyak tempat duduk dari bambu dipasang di celah kosong.

Ketua Pasar Kebon Watu Gede, Fathur Mujib menyebutkan pasar yang dirintis pada Februari 2018 itu semakin ramai. Pengunjungnya kini bisa mencapai ribuan orang. "Pada hari Minggu [28/10] lalu, penukaran benggol mencapai Rp93 juta, dan hasil dari parkir sekitar Rp6 juta,” kata pria yang pernah menjadi Mas Kabupaten Magelang 2010.

Ketua Genpi Jateng, Safigh Pahlevi Lontoh mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk dukungan dari komunitasnya untuk mempromosikan kegiatan melalui media online. Konsep yang diangkat yaitu suatu pasar yang diprakarsai oleh masyarakat atau pemuda di suatu tempat atau desa. ”Tujuannya memviralkan tempat pariwisata khususnya di Jawa Tengah," katanya.

Pasar wisata ini dibuka hanya setiap hari Minggu Pahing dan Minggu Legi. Waktu beroperasinya pun hanya singkat, mulai pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB. Ada sekitar 60 penjual menggelar dagangannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Semula April, Kesiapan Pengolahan Sampah di Kota Jogja Mundur hingga Awal Mei

Jogja
| Selasa, 23 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Resep Jangan Ndeso Lombok Ijo Khas Gunungkidul yang Nikmat untuk Disantap

Lifestyle
| Senin, 22 April 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement