Advertisement

WISATA MALAYSIA: Menyusuri Lorong Tua di Melaka

Maya Herawati
Minggu, 23 Oktober 2016 - 00:20 WIB
Nina Atmasari
WISATA MALAYSIA: Menyusuri Lorong Tua di Melaka Gereja Kristus Melaka (Christ Church Melaka) yang dibangun Portugis pada 1753. - Harian Jogja - Maya Herawati

Advertisement

Harianjogja.com, MALAYSIA—Beragam budaya menyatu di sebuah kota tua. Lorong-lorong kota dengan deret bangunan kuno adalah magnet besar bagi wisatawan untuk datang ke Melaka.

Belum lama ini, Harian Jogja berkesempatan mengujungi Melaka, Malaysia. Sebuah kota yang telah dinobatkan sebagai World Heritage Site (Situs Warisan Dunia) pada 2008 oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Advertisement

Kota Melaka (Melaka City) merupakan ibukota Melaka, negara bagian di Malaysia yang terletak di pantai barat daya Semenanjung Malaya. Tempat yang berhadapan dengan Pulau Sumatra ini berjarak sekitar 148 kilometer dari ibukota Malaysia, Kuala Lumpur.

Pada abad ke 15, Melaka menjadi negeri pertama yang mendirikan Kesultanan Melayu. Kini kota ini dipenuhi tak hanya warga melayu, tapi juga warga etnis tionghoa.

Melaka sempat dikuasai Portugis, Jepang dan Inggris. Era kolonial yang kental memengaruhi bangunan gedung dan struktur tata kota yang masih terpelihara sampai sekarang. Masuk ke kota tua Melaka seperti masuk ke masa lalu.

Jalan-jalan di Kota Melaka sempit seperti lorong. Kendaraan bermotor hanya satu dua yang lewat. Wisatawan berseliweran berjalan kaki atau naik sepeda. Bangunan kiri dan kanan semuanya kuno. Penginapan, toko-toko, kedai makan, tempat ibadah dan rumah-rumah penduduk adalah bangunan lawas abad 19 hingga awal abad 20-an.

Bahasa & Tempat Ibadah
Pilihan tempat menginap di Kota Melaka sangat beragam. Jika kantong tak terlalu tebal, Anda bisa menginap di hostel atau guest house untuk para backpacker.

Harganya rata-rata 100 ringgit (sekitar Rp320.000) per malam per kamar. Satu kamar biasanya bisa untuk tiga orang. Jangan lupa memilih yang letaknya di tepi sungai karena berpemandangan indah.

Berkeliling kota tua Melaka tak diperlukan kendaraan bermotor. Anda bisa menyewa sepeda di minimarket terdekat atau berjalan kaki. Kota tua ini sangat kecil, tak sampai sehari, Anda akan selesai berkeliling semua tempat yang menjadi lokasi menarik berwisata.

Waktu yang tepat untuk berkeliling adalah sore hari, saat matahari tak lagi terik. Pedagang makanan kaki lima juga mulai membuka lapak mereka. Untuk berkomunikasi dengan warga setempat, bahasa yang digunakan mayoritas adalah Melayu dan Mandarin.

Ada tempat ibadah menonjol di lorong kota yaitu kelenteng dan Masjid Kampung Kling. Juga Gereja Kristus Melaka (Christ Church Melaka) yang dibangun Portugis pada 1753. Gereja beraksitektur kolonial Belanda berwarna merah bata ini, menjadi tempat paling dicari para wisatawan untuk berfoto.

Tempat lain yang bisa dikunjungi di kota tua Melaka adalah Museum Budaya Cheng Ho, Benteng A Famosa, pemandangan tepi sungai yang indah, Museum Samudera, Menara Taming Sari, serta Jonker Street, sebuah lorong jalan tempat belanja dan wisata kuliner pada malam hari.

Jonker Street akan sesak manusia pada akhir pekan. Berpangkal di perempatan dekat Hard Rock Cafe Melaka, tempat ini juga menjadi favorit wisatawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok Darah di DIY Menipis, PMI: Aktivitas Donor di Luar Belum Banyak

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Hari Kartini 21 April, Ini Ide Ucapannya untuk Dikirim dan Dipasang di Media Sosial

Lifestyle
| Sabtu, 20 April 2024, 19:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement