Advertisement
Dusun Mlangi dan Jejak Islam di Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Namanya memang tidak sepopuler Kauman. Namun jejak sejarah Islam di Mlangi tidak kalah panjang dan penting dalam perjalanan Jogja.
Dusun Mlangi berlokasi di Nogotirto, Gamping, Sleman. Dari sisi nama, terdapat dua versi pemaknaan kata "Mlangi". Versi pertama menyebutkan bahwa nama "Mlangi" berasal dari kata "mulangi" yang berarti "mengajarkan" dalam bahasa Jawa. Hal ini mengacu pada peran dusun Mlangi sebagai pusat pendidikan Islam.
Advertisement
Sementara untuk versi kedua menyatakan bahwa "Mlangi" adalah singkatan dari "meling-meling tur wangi" yang berarti "berkilauan dan berbau harum". Konteks tersebut menggambarkan keindahan dan kesucian wilayah tersebut.
Menelusuri jejak Islam di Mlangi, bisa bermula dari abad ke-18, tepatnya pada 1760. Kala itu, Kiai Nur Iman membangun Masjid Pathok Negara Mlangi, yang berfungsi sebagai penanda batas wilayah Kerajaan Mataram Islam.
Keberadaan masjid tersebut sebagai penanda hubungan historis dengan Kraton Jogja. Pendirian masjid ini menandakan peran strategis Mlangi. Masjid Pathok Negara Mlangi tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut.
Kiai Nur Iman merupakan putra dari Amangkurat Jawi atau Amangkurat IV. Dia mengabdikan dirinya dalam penyebaran ajaran Islam. Masjid Pathok Negara Mlangi berarsitektur tradisional Jawa. Atapnya tajug bersusun dua yang ditopang oleh 16 saka atau tiang. Sekeliling masjid dikelilingi oleh kolam air dangkal sebagai simbol kesucian.
Tidak hanya masjid, jejak perjalanan Islam di Mlangi juga berupa lembaga pendidikannya. Mlangi dikenal juga sebagai "Kampung Pesantren". Sebutan ini berasal dari banyaknya pondok pesantren yang ada di sana. Salah satunya bernama Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang didirikan oleh K.H. Suja'i Masduki pada tahun 1981. Pesantren ini berperan penting dalam pendidikan agama dan pengembangan wirausaha bagi para santri.
Tradisi Islam di Mlangi juga termanifestasikan dalam kegiatan masyarakatnya. Intensitas masyarakat dalam menjalankan tradisi Islam, semakin intens selama bulan Ramadan. Kegiatan seperti pengajian, tadarus, dan mendaras kitab-kitab klasik menjadi pemandangan umum. Hal tersebut dianggap mencerminkan kedalaman spiritual masyarakat dan komunitas yang berada di Mlangi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cantiknya Bangunan Embung di Dataran Tinggi Dieng
- 5 Tempat Nongkrong sambil Ngopi di Jalan Slamet Riyadi Kota Solo
- Raja Ampat Jadi Andalan Promosi Wisata Indonesia ke Mancanegara
- Empat Kuliner Jepang yang Jadi Buruan Wisatawan Dunia
- Gen Z Dorong Tren Wisata 2025, Kuala Lumpur dan Bangkok Jadi Favorit
Advertisement

Warga Meriahkan Hantaru 2025 di Sport Center Sumberagung Jetis
Advertisement

27 Persen Perempuan Mengalami Depresi Seusai Melahirkan
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement