Advertisement

Berkeliling Frankfurt yang Penuh Pesona

Maria Yuliana Benyamin
Jum'at, 22 Maret 2019 - 08:37 WIB
Maya Herawati
Berkeliling Frankfurt yang Penuh Pesona Frankfurt - JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harianjogja.com, FRANKFURT-Frankfurt, kota terbesar kelima di Jerman, adalah pusat bisnis. Namun, hiruk-pikuk aktivitas bisnis di kota tersebut tak menenggelamkan setiap sudut kota kelahiran Johann Wolfgang von Goethe itu untuk dijelajahi. Jika petang tiba, muncul keramaian di sejumlah titik, isyarat untuk mengistirahatkan raga sejenak.

Menelusuri jalanan Frankfurt di suatu siang yang dingin membangkitkan kisah tentang kota itu di masa lampau. Rata-rata bangunan yang kini berdiri kokoh pernah mencatat kisah kelam, hancur ketika Perang Dunia II.

Advertisement

Sisa-sisa perang memang tak lagi terlihat, karena telah banyak bangunan baru. Sebagian bahkan dibangun seperti aslinya, sehingga hampir tak terlihat ‘jejak’ perang di atasnya, kendati cerita kelam itu masih tertinggal dalam ingatan semua orang, turun-temurun dari generasi ke generasi.

Sebagian besar bangunan yang kini berdiri kokoh kini menjadi ikon destinasi wisata yang menarik di Frankfurt.

Salah satunya Romer. Romer merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari sejumlah bangunan abad pertengahan yang terletak di kawasan Altstadt. Ini adalah salah satu landmark kota yang paling penting. Kompleks ini digunakan sebagai balai kota (Rathaus) Frankfurt selama lebih dari 600 tahun, setelah dibeli oleh dewan kota dari keluarga pedagang kaya pada 1405.

Di tengah kompleks tersebut, terdapat alun-alun Romerberg. Patung Dewi Themis, simbol Dewi Keadilan, berdiri megah di tengah Romerberg.

Suasana di Romerberg selalu ramai. Tak hanya penduduk setempat, wisatawan dari berbagai negara tumpah ruah di kawasan ini.

Tak jauh dari situ, berdiri Katedral Santo Bartolomeus. Gereja ini juga menjadi ‘korban’ Perang Dunia II, sehingga hancur luluh lantak, dan kemudian dibangun lagi pada 1950-an. Sebelumnya, gereja ini juga pernah terbakar pada 1867. Dengan catatan sejarahnya, gereja bergaya gotik tersebut memikat wisatawan yang datang.

Puas menikmati Romerberg dan sekitarnya, hanya sepelemparan batu dari situ, bisa dijumpai Eiserner Steg, jembatan besi sepanjang 400 meter yang melintasi sungai Main.

Jembatan yang menghubungkan Romerberg dan Sachsenhausen ini juga pernah hancur akibat dibom saat Perang Dunia II, dan kemudian dibangun lagi pada 1946.

Ribuan ‘gembok cinta’ memenuhi tiang-tiang besi jembatan. Para wisatawan umumnya mengabadikan cinta mereka di tempat ini dengan memasang gembok, sembari memandang aliran sungai Main yang tenang. Bila malam menjelang, cahaya lampu berpendar sana-sini, Main pun makin cantik dan memesona.

Petualangan hari itu terasa sayang jika diakhiri di Eiserner Steg saja.

Cara lain menikmati sore adalah dengan bersantai di alun-alun Hauptwache yang tak berjarak jauh dari Romer.

Bangku-bangku taman menanti diduduki, untuk sekadar mengistirahatkan raga sembari menikmati senja berarak ke peraduan.

Lamat-lamat, terdengar dentingan piano musisi jalanan mengalun merdu dari suatu sudut.

Hari kian malam, dingin makin mengusik sekujur tubuh, dan sepenggal kisah di Frankfurt pun berakhir...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Awas Migrain Terkait Erat dengan Meningkatnya Risiko Stroke

Lifestyle
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement