Sederet Fakta soal Angkringan Jogja, Nomor 8 Bikin Kangen
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Jogja memiliki banyak spot kuliner yang menyajikan makanan dengan harga terjangkau. Salah satu tempat makan yang harganya ramah di kantong adalah angkringan.
Tidak jarang angkringan-angkringan di Jogja diserbu kalangan mahasiswa karena harga makanannya tidak membuat uang saku bulanan mereka jebol.
Advertisement
Untuk nasi kucing misalnya, hanya dibanderol Rp2.000 per bungkus, bahkan angkringan di daerah pinggiran ada yang menjualnya dengan harga Rp1.000-Rp1.500. Aneka gorengan juga hanya Rp1.000 bahkan masih ada yang Rp500 atau Rp2.000 dapat tiga.
Tak ayal murahnya harga di angkringan membuat mahasiswa tertarik untuk makan di situ. Tidak hanya mahasiswa, masyarakat umum pun demikian.
Tidak sulit untuk mencari angkringan di Jogja. Hampir di setiap ruas jalan kita bisa menemukan tempat makan ini.
Baca juga: 5 Kuliner Paling Hits dan Ramai Dikunjungi di Jogja, Ada Kuliner Sejuta Umat
Saking banyaknya, angkringan seperti menjadi ciri khas Jogja. Hal itu seperti penggalan syair Joko Pinurbo yang berbunyi "Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan".
Berbicara tentang angkringan, ada salah satu ciri khas yang melekat yaitu menggunakan gerobak. Berikut ini fakta-fakta seputar angkringan di Jogja:
1. Gerobak
Warung angkringan selalu menggunakan gerobak sebagai tempat penyaji makanan dan minuman yang dijual. Sekalipun hadir dengan konsep modern, display gerobak selalu dihadirkan ke tengah-tengah pembeli.
Gerobak yang terbuat dari kayu ini portabel karena didesain menggunakan dua roda di bagian kanan dan kirinya. Fungsinya untuk mendorong gerobak.
Warung angkringan biasanya bersifat kaki lima. Ia hanya ada di tempat saat waktu jualan. Sementara di luar waktu jualan, pemilik warung akan mendorong gerobaknya untuk dibawa pulang. Namun ada pula yang meninggalkan gerobaknya di tempat.
2. Terpal
Angkringan dengan konsep tradisional hanya beratap terpal. Pemilik biasanya menggunakan satu gulung terpal utuh yang menutupi bagian gerobak hingga kursi pembeli yang ada di depan gerobak. Warnanya pun biasanya dipilih yang mencolok, misalnya terpal merah, kuning, orange, hijau, atau biru.
Ruang angkringan memang tidak luas. Ruangannya hanya 3x3 atau 3x2 tergantung ukuran gerobak dan banyaknya kursi yang diletakkan.
3. Kursi panjang
Kursi yang ada di angkringan bukanlah kursi sandaran seperti di restoran. Kursi yang disediakan hanyalah kursi kayu panjang yang bisa membuat 3 hingga empat orang.
Umumnya, kursi panjang tanpa sandaran ini diletakkan di depan gerobak. Namun ada pula yang diletakkan bagian samping kanan dan kiri dan juga belakang. Jika pembeli membeludak, penjual biasanya menyediakan tikar untuk makan lesehan.
4. Ceret
Salah satu ciri khas angkringan adalah ada ceret yang berada di atas gerobak. Ceret itu terus-menerus dipanaskan di atas tungku arang. Biasanya ada dua atau tiga ceret yang diletakkan di situ. Ceret pertama berisi air biasa dan yang lainnya berisi ramuan air jahe.
Ada pengunjung yang sengaja duduk di dekat ceret untuk menghangatkan badan.
5. Malam hari
Biasanya, angkringan buka pada sore hingga tengah malam. Namun kekinian banyak angkringan yang buka sejak pagi hari.
Angkringan yang buka pada pagi hari biasanya berjualan dekat pasar, sekolah, kampus, atau supermarket karena menyediakan makanan untuk para pekerjanya.
6. Nasi kucing
Salah satu makanan yang wajib ada di angkringan adalah nasi kucing. Dinamakan nasi kucing karena porsinya kecil seperti porsi kucing.
Nasi kucing tradisional dibungkus dengan daun. Namun saat ini penjual sudah banyak yang beralih menggunakan kertas minyak dan ditali dengan karet. Menu lauknya beragam, ada nasi teri, nasi telur, nasi sambal bandeng, nasi oseng tempe, dan masih banyak lagi.
7. Wedang jahe
Selain nasi kucing, kuliner khas yang ada di angkringan adalah wedang jahe. Minuman ini cocok sebagai kudapan malam hari karena bisa menghangatkan badan.
Bagi pecinta susu, disediakan pula susu jahe. Ada pula teh jahe yang bisa dihidangkan dalam bentuk panas maupun dingin, tergantung selera pembeli.
8. Remang-remang
Sumber pencahayaan angkringan tempo dulu hanya dari lampu teplok atau lampu dengan bahan bakar minyak tanah. Hal ini membuat suasana makan di angkringan menjadi syahdu karena remang-remang. Suasana seperti ini pun banyak membuat kangen pembeli.
Namun saat ini banyak penjual angkringan yang sudah beralih ke lampu bohlam. Untuk tetap memberikan nuansa yang remang-remang, mereka memilih lampu watt kecil.
Itulah delapan fakta seputar angkringan di Jogja. Bagian mana yang membuatmu kangen makan di angkringan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Solo Traveling sedang Tren, Ini 5 Negara Terbaik bagi Para Solo Traveler
- Penasaran Naik Lamborghini di Sirkuit Balap, Ini Simulatornya Pertama di Asia
- Festival Cokelat Nglanggeran Segera Digelar, Bermacam Produk Cokelat Bakal Dihadirkan
- Digelar Lagi, Ini Jadwal Festival Prawirotaman dan Fashion on the Street Prawirotaman
- Ini Dia Surganya Solo Traveler di Asia Tenggara
Advertisement
Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Kamis 12 Desember 2024
Advertisement
Selain Kesehatan Tubuh, Manfaat Olahraga Juga Meningkatkan Daya Ingat
Advertisement
Advertisement
Advertisement