Kyoto Jepang Larang Turis Kunjungi Distrik Geisha di Gion, Ini Alasannya
Advertisement
Harianjogja.com, KYOTO—Pengunjung distrik geisha di Gion, salah satu tempat wisata paling populer di Kyoto, Jepang, akan dilarang memasuki gang-gangnya yang indah karena pihak berwenang di Jepang berupaya mengatasi peningkatan wisatawan ‘yang mengganggu’ di sana.
Jika berkunjung ke Kyoto, Anda mungkin pernah melihat geisha, perempuan dengan riasan wajah putih dan kimono cantik, bergegas menuju pertemuan di jalan-jalan sempit di Distrik Gion yang terkenal. Geisha, yang merupakan bagian ikonik dari budaya Jepang, adalah penghibur profesional yang terlatih dalam berbagai seni tradisional termasuk tari dan musik.
Advertisement
Kebanyakan wisatawan akan menganggap Geisha di Gion itu menarik dan lekas memotret seperti paparazzi. Namun, hal itu ternyata dianggap sangat mengganggu bagi masyarakat di Gion hingga Kyoto memutuskan melarang wisatawan berkunjung ke sana.
BACA JUGA:
Dilansir dari The Guardian, Gion sering menjadi sasaran pengunjung yang membawa ponsel pintar, beberapa di antaranya mengabaikan tanda yang meminta mereka menjaga jarak dan tidak menyentuh kimono mahal milik Geisha tersebut. Ada juga keluhan tentang orang-orang yang masuk tanpa izin ke properti pribadi.
Pada bulan Desember, dewan warga Gion mendesak pemerintah kota untuk mengambil tindakan terhadap wisatawan yang nakal, dengan mengeluh bahwa lingkungan mereka “bukan taman hiburan” yang bisa seenaknya dimasuki orang dan diambil gambarnya.
Pejabat Kyoto mengatakan larangan memasuki jalan-jalan sempit di Gion akan diberlakukan.
“Kami tidak ingin melakukan ini, tapi kami putus asa,” kata anggota dewan Isokazu Ota, seraya menambahkan bahwa tanda-tanda akan dipasang untuk mengingatkan pengunjung akan aturan baru tersebut.
Jalan raya utama di kawasan itu, Jalan Hanamikoji, akan tetap dibuka untuk wisatawan.
Ota mengeluhkan beberapa pengunjung yang berperilaku seperti paparazzi amatir ketika melihat geisha berjalan di sepanjang jalan sempit, beberapa di antaranya lebarnya hanya dua meter.
Upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya untuk mendorong wisatawan agar tidak mendekati perempuan Geisha itu, antara lain pemberian tanda dan denda hingga ¥10,000 (Rp1 juta) untuk fotografi non-konsensual, telah gagal menghalangi pengunjung untuk mengambil foto Geisha.
Kyoto, ibu kota Jepang selama lebih dari 1.000 tahun hingga tahun 1868, bukan satu-satunya destinasi di Jepang yang berjuang melawan overtourism sejak pembatasan Covid-19 dicabut.
Bahkan, pihak berwenang di prefektur Yamanashi mengatakan mereka akan mulai mengenakan biaya sebesar ¥2,000 (Rp200 ribu) untuk mendaki Gunung Fuji, lantaran banyak pendaki membuang sampah sembarangan. Beberapa di antaranya juga membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka dengan mencoba “pendakian cepat” di gunung setinggi 3.776 meter tersebut. Jumlah pengunjung harian juga akan dibatasi ketika musim pendakian dimulai pada bulan Juli.
BACA JUGA:
Jumlah pengunjung asing ke Jepang melonjak 79,5% pada bulan Januari dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sekitar 2,69 juta, mencapai tingkat yang terlihat pada bulan yang sama pada tahun 2019, sebelum pandemi memaksa pemerintah Jepang untuk memberlakukan pembatasan perjalanan.
Jumlah wisatawan terbesar datang dari Korea Selatan, diikuti oleh wisatawan dari Taiwan dan Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : The Guardian
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Solo Traveling sedang Tren, Ini 5 Negara Terbaik bagi Para Solo Traveler
- Penasaran Naik Lamborghini di Sirkuit Balap, Ini Simulatornya Pertama di Asia
- Festival Cokelat Nglanggeran Segera Digelar, Bermacam Produk Cokelat Bakal Dihadirkan
- Digelar Lagi, Ini Jadwal Festival Prawirotaman dan Fashion on the Street Prawirotaman
- Ini Dia Surganya Solo Traveler di Asia Tenggara
Advertisement
Awasi Masa Tenang, Bawaslu Siagakan Semua Petugas Pengawas
Advertisement
Minyak Zaitun Bagus untuk Kesehatan, Tapi Tidak Perlu dengan Meminumnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement