Advertisement

Syahdunya Menunggu Matahari di Laut Mandeh

Irsad
Minggu, 08 April 2018 - 14:35 WIB
Maya Herawati
Syahdunya Menunggu Matahari di Laut Mandeh Mandeh di pagi hari dari dermaga Baga Resort. - Bisnis Indonesia/Irsat Sati

Advertisement

Harianjogja.com, MANDEH-Pesisir selatan, Sumatra Barat seperti mendapatkan berkah dengan adanya wisata Mandeh ini. Mandeh adalah sebutan lain dari bunda atau ibu dalam bahasa Minangkabau. Wisata Mandeh sendiri merupakan kawasan wisata laut yang dijejali oleh pulaupulau berhutan tropis, serupa dengan Raja Ampat di Papua Barat. Tak heran ada sebutan bagi Wisata Mandeh sebagai Raja Ampatnya Sumatra.

Mandeh menyajikan objek wisata bersejarah di bawah laut, pulau-pulau, muara sungai dan waterway di tengah hutan mangrove yang asri. Selain itu, tempat permandian air tawar segar yang meluncur dari perbukitan berhutan lebat di sekeliling pantai berteluk yang sangat indah tersebut.

Perpaduan keindahan alam di darat dan lautan inilah yang menjadi sumber keistimewaan kawasan Mandeh dibandingkan dengan daerah-daerah wisata pantai lainnya. Perpaduan itu pula yang menjadikan kawasan Mandeh tidak sekadar kawasan wisata bahari yang menyuguhkan pantai dan pulau-pulau yang indah.

Akan tetapi, di kawasan ini, kesegaran angin laut saling balas berhembus dengan angin segar dari hutan tropis yang masih lebat dan hutan-hutan bakau. Andrinof Chaniago, mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas, yang menjadi sesepuh bagi kalangan pegiat wisata Mandeh, mengatakan ada beberapa kelebihan Mandeh dibandingkan dengan wisata bahari lain yang sudah kesohor di dunia.

Kelebihan itu terletak pada keberagaman bentuk wisatanya atau dalam istilah ritel disebut dengan one stop shopping. Tidak semua tempat wisata kelas dunia bisa memberikan beragam bentuk wisata secara sempurna, termasuk di Halong Bay, Vietnam yang terkenal itu, sekali pun.

Namun, di kawasan Mandeh semua bentuk wisata itu bisa didapatkan. Andrinof mengilustrasikan berwisata ke Mandeh, wisatawan dapat melintasi waterway di hutan mangrove yang asri, dan bermain di air terjun dan sungai yang masih alami.

Lalu, pada saat pagi dan di sore hari, hutan yang masih lebat pepohonannya adalah sumber suara merdu dan lantang dari burung-burung dan hewan langka yang membawa kita ke suasana alam liar.

Di area perairan Mandeh, wisatawan dapat menikmati spot diving di lokasi situs sejarah di bawah laut, juga tempat snorkeling dan bermain perahu dayung, banana boat atau jetsky di lautnya yang tenang seperti danau.

Laut di Mandeh memang tenang sehingga sangat aman dan nyaman untuk melakukan kegiatan apa pun di lokasi tersebut. Mandeh, bahkan memiliki satu fasilitas wisata olahraga satu-satunya untuk kawasan wisata di Indonesia, yaitu cliff jumping atau loncat dari atas tebing di Pulau Sironjong Ketek, Mandeh. Arena loncat dari tebing ke laut lepas ini sudah menjadi buah bibir bagi traveler yang pernah singgah ke Mandeh.

Untuk mendapatkan kepuasan sekaligus keindahan berwisata ke Mandeh memang tidak cukup waktu sehari ke sana. Setidaknya, wisatawan harus mendapatkan momentum Matahari terbit dan matahari terbenam yang bisa disaksikan dengan syahdu di kawasan tersebut.

Pagi dan senja adalah waktu yang ditunggu. Berdebar menanti matahari terbit di kala pagi dan antusias menunggu matahari terbenam di kala sore. Mentari pagi dan lembayung senja akan keluar di sela bukit, kadang di celah dua bukit yang memantulkan cahayanya ke permukaan laut yang tenang. Saat seharian menikmati keindahan Mandeh, kita masih bisa pula melihat perahu ataupun kapal nelayan berlalu lalang sehabis mereka berlayar jauh ke Samudra Hindia.

Tak pelak, menu seafood yang disajikan kepada tamu yang datang adalah ikan segar dari hasil tangkapan nelayan di sekitar kawasan tersebut.


Partisipasi Warga
Saat Anda melakukan wisata ke Mandeh yang berjarak hanya 60 kilometer dari Kota Padang tersebut, wisatawan akan merasakan sentuhan layanan sederhana khas masyarakat lokal.

Terasa alami dan tak berlebihan. Itu terjadi karena kegiatan wisata di Mandeh dikelola dengan partisipasi masyarakat lokal. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan Mawardi Roska mengatakan, wisata Mandeh terus dibenahi supaya tumbuh menjadi tujuan wisata dunia. Salah satu keistimewaan wisata Mandeh, lanjutnya, dikembangkan dan dikelola sebagai kawasan wisata berbasis partisipasi masyarakat lokal.

Menurutnya, sekarang yang mengelola Mandeh adalah masyarakat penggiat wisata di daerah tersebut. Mereka membuat paguyuban yang melibatkan semua pemangku kepentingan.

“Para pemuda dan tokoh masyarakat di kawasan Mandeh bersatu mengelola kawasan wisata tersebut,” ujarnya, saat Jaringan Berita Bisnis Indonesia (JIBI) berkunjung ke Mandeh, akhir Februari 2018.
 
Satri, salah satu leader pemandu wisata dari masyarakat lokal Mandeh, mengelola wahana permainan air, seperti jetsky, banana boat, spot diving di lokasi situs sejarah di bawah laut, hingga kegiatan snorkeling.

Dia mengelola peralatan dan kegiatan wisata yang menjadi asset dari Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang secara berkala hasil kegiatannya dilaporkan kepada shareholder.

Andrinof, selaku sesepuh dari penggiat wisata Mandeh berharap kawasan tersebut terus berkembang menjadi kawasan wisata yang ramah lingkungan dan memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat Pesisir Selatan dan Sumbar.

Salah satu yang disarankan oleh Komisaris Utama Bank Rakyat Indonesia ini adalah agar pelaku pariwisata Mandeh lebih memajukan kuliner lokal sebagai bentuk penguatan identitas dan ekonomi.

Dia menganjurkan agar agar tamu jangan disuguhkan mie instant atau kopi sachet tetapi suguhkan goreng pisang, masakan seafood, atau kopi racikan lokal. “Ini akan menguatkan identitas wisatanya sekaligus meningkatkan local content-nya.”

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kronologi Bocah Hanyut Saat Bermain di Tepian Sungai Oyo

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 12:57 WIB

Advertisement

alt

Minum Ramuan Jahe Cocok saat Puasa dan Kala Hujan

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 03:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement