Advertisement

Milenial Punya Gaya Melancong Sendiri, Ini Dia

Asteria Desi Kartika Sari
Kamis, 20 September 2018 - 16:35 WIB
Maya Herawati
Milenial Punya Gaya Melancong Sendiri, Ini Dia Ilustrasi Turis - ist/fluentu

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Ruth, yang saat ini berusia 26 tahun adalah satu dari jutaan generasi milenial. Apa yang dikatakannya boleh jadi preferensi yang mampu mewakili cara pandang generasi milenial terkait pengalaman turisme saat ini.

Dia mengaku telah merencanakan liburan ke Korea Selatan tahun ini bersama salah satu sahabatnya. “Berdua dengan teman, kita rencananya sudah lama sih sebenarnya. Kebetulan ini waktu yang pas, berangkat deh,” cerita Ruth.

Advertisement

Awal mula tertarik untuk melancong ke Korea Selatan, lanjutnya, karena melihat tempat-tempat di drama Korea dan Instagram sangat menarik.Tak hanya itu, menurutnya bepergian di luar negeri juga dapat menambah wawasan dan pengalaman.

“Menambah pengalaman juga. Apalagi kebetulan kami tidak pakai guide, soalnya rasanya kurang privat [kalau pakai guide]. Jadi kita bisa eksplor pengalaman lebih luas sendiri,” tambahnya.

Melancong kini bisa dibilang menjadi bagian gaya hidup wajib untuk generasi milenial. Liburan ke luar negeri bahkan bukan lagi menjadi hal yang terlampau mewah, justru kian meningkat selama beberapa tahun.

Hal itu tercermin dalam sebuah riset global World Travel and Tourism Council 2018 yang menyebutkan, Asia kini menjadi benua dengan pertumbuhan sektor travel dan tourism tercepat dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia bahkan termasuk menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan wisatawan tercepat, sebesar 7,7%.

Faktor pendukung luasnya mobilitas wisatawan ke berbagai negara adalah semakin minimnya hambatan bepergian (travel barriers), misalnya proses pembuatan paspor dan perizinan visa yang semakin mudah. Tak hanya itu, banyak pilihan penerbangan internasional dengan biaya terjangkau dan terbukanya rute-rute langsung setiap tahunnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi, tren wisata ke luar negeri pada 2018 diprediksi naik. Dua tahun terakhir, jumlah warga negara Indonesia yang keluar negeri mencapai 8,4 juta orang pada 2016, meningkat menjadi 9,1 juta orang pada 2017.

Kenaikan jumlah wisatawan Indonesia ini juga semakin dipermudah dengan maraknya eksibisi wisata yang digelar oleh berbagai maskapai ataupun perusahaan travel di Indonesia. Pengamat bisnis dan marketing Managing Partner Inventure Yuswohady mengatakan, saat ini memang terjadi pergeseran konsumsi masyarakat dari kebutuhan barang (goods) menjadi pengalaman (experience).

“Artinya, tanpa disadari mereka telah merasakan bahwa leisure dan experience menjadi bagian dari kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Tak beda jauh dengan kebutuhan akan internet,” ujar Yuswohady.

Berdasarkan survei dunia Everbrite-Haris Poll (2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk mencari pengalaman ketimbang material barang. Berangkat dari hal tersebut, Yuswohady menyimpulkan generasi milenial sebagai e-generation atau experience generation.

“Ada pergeseran kebahagiaan antara generasi milenial dengan generasi sebelum-sebelumnya. Bagi milenial, kebahagiaan bukan ditentukan oleh kepemilikan barang yang mentereng, tapi mendapatkan pengalaman dan memamerkannya ke orang lain melalui media sosial,” jelasnya.

Menurutnya, milenial hidup di “dua alam”, realitas dan hiperrealitas atau dunia daring. Melalui media sosial seperti instagram dan sejenisnya, milenial menunjukan sosok ideal yang mereka inginkan. Misalnya ditunjukan dengan cara memperlihatkan di mana mereka berlibur, dengan siapa bergaul, atau di mana mereka nongkrong.

Tak heran jika mencermati foto-foto mereka di Instagram, sering kali menemukan sosok-sosok yang selalu bahagia, penuh senyum, inspiratif, positif, sarat prestasi, seolah dunia ini tak punya masalah. “ Itulah dunia hiper-realitas,” katanya.

Dia mengatakan di tengah kerumunan audience online itulah mereka eksis dan menemukan kebahagiaan palsu. Tak heran jika di era leisure economy salah satu komoditi yang paling bernilai adalah “Like”, “Comment” atau “Share”.

Melihat fenomena tersebut, PT Dwidaya World Wide (Dwidaya Tour), salah satu pelaku industri wisata Indonesia, optimistis sektor pariwisata terus menggeliat. Berdasarkan survei yang dilakukan Dwidayatour pada awal tahun 2018 terhadap lebih dari 1.700 netizen rentang usia 18-35 tahun menunjukkan Instagram menjadi wadah untuk mencari informasi promo liburan serta referensi liburan favorit.

“Bagi mereka, Instagram adalah aplikasi terpenting selama berlibur selain aplikasi penunjuk arah dan transportasi umum,” ujar Hendriyapto, VP Commercial Dwidayatour.

Masih dalam survei yang sama, lanjutnya, Jepang menjadi destinasi internasional incaran utama anak muda Indonesia, karena menawarkan budaya yang unik. Sedangkan untuk destinasi lokal, Raja Ampat paling diminati, diikuti Labuan Bajo dan Sumba dengan pesona alamnya yang menarik.

Selain itu, Dwidayatour telah mengumumkan salah satu fasilitas terbaru yang dapat membuat wisatawan Indonesia semakin nyaman dan mudah dalam menikmati liburan di berbagai belahan dunia, yaitu melalui Instant Confirmation. Melalui fasilitas tersebut, wisatawan tak perlu antre panjang dalam pembelian tiket di lokasi atraksi.

Saat ini, lanjutnya, Dwidayatour dapat melayani pemesanan tiket untuk 70.000 atraksi di seluruh dunia dengan fasilitas Instant Confirmation.“Setiap bulan Dwidaya Tour menambahkan ratusan atraksi dari berbagai destinasi liburan kelas dunia dalam fasilitas Instant Confirmation. Jadi, wisatawan tidak khawatir lagi dalam pengaturan pengeluaran selama liburan di lokasi,”katanya.

Setelah Jepang, Korea Selatan juga menjadi destinasi favorit untuk dikunjungi. Hal ini dibenarkan Direktur Korea Tourism Organization (KTO) Jakarta Office Andrew Jonghoon Kim. Dia mengatakan Korea telah menjadi salah satu tujuan wisata favorit wisatawan Indonesia. Hal ini terlihat dari tren wisatawan Indonesia ke Korea yang selalu naik.

Sampai kuartal kedua tahun ini sudah ada lebih dari 121 ribu wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea.“Naik 15,5% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama,” katanya.

Belum lama ini,  KTO Jakarta Office menyelenggarakan Korea Travel Fair, melalui acara tersebut. diharapkan akan menarik lebih banyak wisatawan Indonesia ke Korea.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Akhirnya DPUP-ESDM DIY Mulai Sosialisasi Normalisasi Tanjakan Clongop Pekan Depan

Gunungkidul
| Jum'at, 19 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Stres Memicu Sakit Punggung, Ini Penjelasannya

Lifestyle
| Jum'at, 19 April 2024, 14:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement