Advertisement
Di Gunungkidul, Hama Padi Bisa Disulap Jadi Santapan Lezat
Olahan puthul di Gunungkidul. - Ist/Dok warga
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Puthul sering dianggap menjadi hama bagi tanaman padi para petani saat awal musim penghujan seperti saat ini, tetapi di sisi lain menjadi berkah tersendiri bagi sebagian orang yang pencari puthul maupun yang bisa mengolahnya menjadi kuliner.
Salah satu warga yang sering berburu puthul atau serangga sejenis kumbang tersebut yaitu warga Padukuhan Pengos, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Sumaryanto. Dalam beberapa waktu terakhir dirinya memanfaatkan momen datangnya musim penghujan ini untuk mencari puthul, sore menjelang malam hari.
Advertisement
Berbekal botol plastik yang telah dimodifikasi, senter dia mulai menyusur ladang yang banyak ditumbuhi dedaunan muda. Biasanya, serangga berwarna coklat gelap itu ditemukan saling berpegangan atau berkelompok di pucuk pohon. Dalam kerumunan tersebut biasanya satu kelompok bisa ada tiga puthul.
“Tidak begitu sulit untuk mencarinya. Jika beruntung dalam bebera jam saja dapat penuh satu botol. Kalau lokasinya tepat, banyak pohon yang berdaun itu tidak butuh waktu lama. Tetapi jika pas sulit ya bisa dapatnya tidak seberapa,” katanya.
Hasil dari tangkapnya itu biasanya dijual atau ia olah sendiri untuk konsumsi. “Kadang diolah, kadang juga dijual kalau harganya cocok, hampir satu botol air mineral isi 1.500 ml itu saya jual Rp40.000,” katanya.
Harga yang terbilang tinggi tersebut dikarenakan puthul sendiri merupakan serangga yang muncul hanya musim tertentu. Tidak bisa dicarai setiap waktu.
Salah seorang warga lainnya, Rudi memilih untuk mengolah hasil buruannya itu untuk konsumsi pribadi. Biasanya dirinya mengolah dengan cara dibacem atau digoreng.
Ia menjelaskan, sebelum diolah bagian sayap puthul yang cukup keras itu harus dilepaskan terlebih dahulu dari tubuhnya. Kemudian, setelah itu puthul direndam menggunakan air panas dan direndam secukupnya baru dimasak. “Dimasak apa saja enak rasanya gurih, kalau sudah matang bisa dijadikan lauk nasi panas atau tiwul ditambah lagi sambal bawang atau petai,” katanya.
Dikatakannya kegiatan itu dapat mengurangi hama tanaman padi di daerahnya. Mengingat cikal bakal puthul ini sebenarnya dari uret yang menyerang akar tanaman padi, dan dari uret tersebut akan berubah menjadi kepompong lalu baru berubah menjadi puthul. Namun jika tidak cocok, orang mengkonsumsi puthul tersebut dapat alergi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
- Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
- Cantiknya Bangunan Embung di Dataran Tinggi Dieng
- 5 Tempat Nongkrong sambil Ngopi di Jalan Slamet Riyadi Kota Solo
Advertisement
Jadwal KRL Solo Jogja Terbaru Hari Ini, Senin 27 Oktober 2025
Advertisement
Mandi Terlalu Sering Bisa Rusak Lapisan Pelindung Kulit
Advertisement
Advertisement
Advertisement



