Advertisement

HARI ARSITEKTUR INDONESIA: Wisata Arsitektur Bersejarah Butuh Perhatian Lebih

Salsabila Annisa Azmi
Senin, 18 Maret 2019 - 22:12 WIB
Maya Herawati
HARI ARSITEKTUR INDONESIA: Wisata Arsitektur Bersejarah Butuh Perhatian Lebih Sejumlah orang jogging di Candi Prambanan, belum lama ini. . Candi Prambanan merupakan salah satu arsitektur bersejarahyang masuk dalam Perda Keistimewaan dan menjadi daya tarik wisata arsitektur bersejarah di DIY - Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat

Advertisement

Harianjogja.com,  JOGJA—Dalam rangka memperingati Hari Arsitektur Indonesia pada 18 Maret, Harian Jogja mengulas potensi wisata arsitektur bersejarah di DIY. Sejumlah bangunan bersejarah yang masuk dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang Keistimewaan potensial digarap dan diberi perhatian lebih.

Menyadari besarnya potensi wisata arsitektur bersejarah, Rizky Perdana, 28, pengelola Jogja Travel Id, sebuah agen jasa travel di Jogja getol membuat paket penawaran kepada konsumen. “Kami sudah sejak awal [usaha] membuat paket penawaran tentang wisata arsitektur bersejarah yang ada di Jogja,” ujar dia kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Advertisement

Selama ini Jogja Travel Id menggunakan media sosial (medsos) Instagram beserta website untuk memberikan penawaran paket wisata kepada calon wisatawan. “Agar lebih menarik biasanya kami tambahkan foto-foto karya kami sendiri yang Instagramable agar dapat memikat wisatawan juga untuk memilih wisata arsitektur bersejarah,” kata dia Rizky.

Lokasi wisata arsitektur bersejarah yang selama ini sudah dijangkau Jogja Travel Id meliputi Tugupal Putih, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Situs Warung Boto, serta kawasan Titik Nol KM mulai dari Benteng Vredeburg hingga Kantor Pos Besar.

Rizky menyebutkan jika mayoritas pemakai jasanya merupakan wisatawan dari luar DIY yang ingin berkeliling di Kota Wisata ini, sehingga ia merasa perlu untuk menyertakan informasi seputar bangunan-bangunan yang dikunjungi. “Kami juga enggak lupa memberikan pengetahuan tentang sejarah tempat-tempat yang dikunjungi,” katanya.

Ke depannya, ia berharap pemerintah daerah lebih perhatian terhadap lokasi wisata arsitektur bersejarah di Jogja. Terutama, terkait masalah parkir di lokasi wisata. “Contohnya di Situs Warung Boto. Tempat parkirnya kecil, masih parkir liar juga. Tarif parkir tinggi dan setelah terima uang tidak dibantu keluar,” keluh Rizky. Meski seakan sepele, namun tarif parkir yang tidak pasti seringkali memengaruhi paket agen perjalanan yang hitungan tarifnya turut meleset.

Sebenarnya dalam Perda tentang Keistimewaan sejumlah arsitektur bersejarah masuk dalam rencana penataan. Selain yang sudah terkenal sebagai destinasi wisata unggulan seperti Candi Prambanan, Kraton Ngayogyakarta, Jeron Beteng, dan Kotagede ada juta kawasan lain seperti bangunan indische di Jalan Malioboro dan Kotabaru. Selain itu juga kawasan pecinan di Ketandan dan Pakuningratan. 

Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY Udhi Sudiyanto mengatakan pengembangan wisata bangunan bersejarah di DIY belum maksimal. Masih ada gedung bersejarah yang tidak tersentuh paket wisata. Misalnya Gedung Bank Indonesia, Kantor Pos dan Taman Budaya Yogyakarta Societed.

"Selama ini paket wisata gedung bersejarah banyak dikembangkan di kawasan Kotagede. Contohnya masjid tertua. Lainnya belum. Namun perjalanan wisatanya masih berdasar jalan-jalan, belum mendalami sejarahnya," kata Udhi belum lama ini.

Menurut Udhi, apabila bangunan bersejarah lainnya diberi fasilitas storytelling yang menarik, peluang wisata dari sisi pendalaman sejarah akan lebih mudah dikembangkan oleh Tour and Travel. Contohnya pemberian papan bercerita di tiap sudut bangunan. Para wisatawan akan dibawa ke setiap sudut bangunan. Sembari memperhatikan papan bercerita tentang sejarah bangunan.

"Memang setiap bangunan sudah ada deskripsi sejarahnya, namun menurut saya jika disajikan dengan storytelling yang menarik akan lebih memiliki nilai jual," kata Udhi.

Adaptive Reuse

Arsitek sekaligus pemerhati bangunan kuno, Yoyok Wahyu Subroto, mengatakan kondisi bangunan kuno di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi yang besar untuk dijadikan tempat wisata arsitektur. “Di Jogja potensinya ada ya, misalnya Kraton itu kan sudah dikembangkan, juga beberapa bangunan kolonial,” kata dia.

Yoyok berharap semakin banyak bangunan kuno yang dapat dijadikan tempat wisata arsitektur, salah satunya dengan menggunakan metode adaptive reuse. “Jadi fungsinya yang diubah, tapi bangunannya tetap asli,” ujar Guru Besar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada (UGM) ini. Ia menyebutkan bangunan di Jogja yang telah menggunakan teknik ini seperti Restoran Omah Dhuwur di Kotagede yang difungsikan sebagai restoran ataupun Bank Indonesia di kawasan Titik Nol KM sebagai museum.

Ke depannya, ia berharap ada sinergi dari pemerintah serta akademisi untuk bisa mengidentifikasi bangunan-bangunan lain di Jogja yang memiliki potensi dijadikan wisata arsitektur bersejarah. “Misalnya Kotagede aja, mestinya dengan dana keistimewaan bisa diarahkan untuk perawatan atau rekonstruksi. Cuma usulannya ini harus dibantu dari akademisi atau pemerhati untuk membuat proposal agar bisa sesuai dengan tujuan danais,” kata Yoyok.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY, Arya Nugrahadi, mengatakan  dalam hal kepariwisataan, potensi bangunan khas arsitektur bersejarah menjadi unique selling point yang menambah nuansa daya tarik wisata DIY. "Di bangunan bersejarah sudah kami beri penjelasan sejarahnya, ada di brosur-brosur," kata Arya.

Potensi arsitektur bersejarah dan wisata di DIY yang masuk dalam Perdais kini sudah dikembangkan menjadi destinasi wisata. Arya mengatakan kawasan tersebut mencakup sejadah peradaban budaya mataram hindu, mataram Islam, jaman kolonial dan bangunan pecinan.

Progres pengembangan terus dipantau dengan pengadaan awarding terhadap bangunan cagar budaya oleh Pemda DIY bagi bangunan cagar budaya yang menunjukkan progres maksimal dalam pengembangan pariwisata.

"Ukuran keberhasilannya lebih ke masing masing nuansa daya tarik, semisal kawasan pecinan untuk turis wisatawan asal tiongkok dan bangunan kolonial untuk wisatawan Eropa. Demikian juga dengan heritage arsitektur Jawa dan candi," kata Arya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kirab Pengantin Tebu di Pabrik Gula Madukismo

Bantul
| Selasa, 23 April 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Resep Jangan Ndeso Lombok Ijo Khas Gunungkidul yang Nikmat untuk Disantap

Lifestyle
| Senin, 22 April 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement