Advertisement
Kolaborasi Tiwul dan Lobster, Sajian Unik di Gunungkidul

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Jito menggabungkan kuliner khas Gunungkidul dengan sumber daya makanan laut. Tiwul dan lobster menjadi sajian yang layak dicoba saat berkunjung ke Bumi Handayani ini.
Jito telah berkecimpung di dunia lobster sejak 1997. Dia mulai mandiri dalam usaha lobster pada 2008. Pada 2013, Jito membuka warung makan. Konsep awalnya menyajikan lobster dengan nasi putih. Sayangnya hal itu kurang menarik perhatian masyarakat.
Advertisement
Memasuki tahun 2022, setelah setahun melakukan uji coba resep, Jito mulai memasarkan kombinasi lobster dengan tiwul. Hidangan ini semakin menarik, lantaran Jito bisa mengantarkan makanan ini ke pantai-pantai di Gunungkidul. Sehingga wisatawan bisa menyantap lobster dan tiwul setelah puas bermain air di pantai.
Adapun rumah produksi lobster tiwul Jito berada di Dusun Ngandong, Purwodadi, Tepus, Gunungkidul. Tempat ini sekitar 28 km dari Alun-Alun Wonosari. Lokasi Jito cukup terpencil dengan sinyal ponsel yang terbatas. Bagi konsumen yang ingin mencobanya, disarankan untuk membuat janji terlebih dahulu, agar tidak tersesat dan menunggu terlalu lama.
Jam operasional warung Jito cukup fleksibel. Dia bersedia memasak kapan saja setelah ada pemesanan, bahkan hingga dini hari. Sebelum mencoba makanan di sini, ada baiknya untuk memesan terlebih dahulu secara daring. Proses pemasakan sekitar 30 menit. Sehingga saat sampai di lokasi, kita bisa langsung menikmati hidangannya.
Harga sajian lobster dan tiwul ala Jito sekitar Rp600.000. Harga tersebut sudah termasuk satu kilogram lobster, tiwul, nasi putih, tempe, tahu, sambal, sayuran, air putih, dan teh. Satu kilogram lobster cukup untuk 5–6 orang.
Proses Pengolahan
Jito mendapatkan stok lobster dari nelayan sekitar pantai di Pacitan sampai Gunungkidul. Lobster akan melimpah di saat musim penghujan. Selain musim penghujan, ketersediaan lobster cenderung landai.
BACA JUGA: Jogja Food & Beverage Expo, Ajang Pebisnis Makanan Minuman Suguhkan Tren dan Inovasi
Proses pengolahannya, setelah ditangkap dan dibunuh, lobster akan direbus. Lobster kemudian ditiriskan untuk selanjutnya dibelah. Proses setelah urusan lobster selesai, Jito dan istri menyiapkan bumbu. Semua bumbu dicampur dengan cara manual atau diulek.
Dia tidak menggunakan blender, lantaran rasa yang akan terasa berbeda. Lebih enak dengan cara diulek. “Di tempat kami tidak boleh nyampur bumbu pakai blender, harus manual, rasanya beda. Semua bahan baku sifatnya alami, tidak pakai MSG,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pakar UGM: DIY Perlu Kembangkan Wisata Weekdays
- Menikmati Keindahan Danau Baikal di Siberia Tenggara, Tertua di Bumi Berusia 25 Juta Tahun
- Liburan ke Garut, Ini Lima Tempat Wisata Alam Tersembunyi yang Layak Dinikmati
- Hindari Macet dengan Liburan Staycation, Ini Tipsnya
- Mengenal Fenomena Set Jetting dalam Berwisata, Ini Rekomendasi Lokasinya di Beberapa Kota
Advertisement

Bencana Hidrometeorologi: Ada 36 Titik Lokasi Terdampak di Sleman, 3 Orang Luka
Advertisement

Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula, Rendah Kalori Membantu Meningkatkan Metabolisme
Advertisement
Berita Populer
Advertisement