Advertisement

Meski Sulit, Pelaku Wisata Harus Terapkan CHSE

Nina Atmasari
Selasa, 24 November 2020 - 18:27 WIB
Budi Cahyana
Meski Sulit, Pelaku Wisata Harus Terapkan CHSE Bimbingan Teknis Program CHSE (Clean, Health, Safetym dan Environment Sustainability) di Grand Artos Hotel & Convention Magelang, Selasa (24/11/2020). - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG—Pelaku pendukung pariwisata harus menerapkan CHSE (clean, health, safety, and environment sustainability) sebagai paradigma baru pariwisata di era pandemi Covid-19. Meski sulit, ini harus dilakukan demi keberlangsungan pariwisata di tengah pandemi Covid-19.

Pemilik Griya Butuh, Yenika Prabandari, mengungkapkan kesulitan dalam menerapkan protokol kesehatan di tempat usaha yang dikelolanya. Restoran yang baru buka di Gendol, Sukomakmur, Kajoran, Magelang, pada 25 Oktober lalu itu selalu penuh oleh pengunjung. Tamu selalu berjubel. Bahkan restoran yang harusnya buka dari pada 07.00-21.00 WIB, sekarang ini pukul 14.00 WIB sudah close order karena bahan sudah habis.

Advertisement

BACA JUGA: Guru Besar UGM: Harus Ada Situasi Khusus yang Membuat Mendagri Pecat Kepala Daerah

"Kerumunan sudah pasti terjadi di resto kami. Kami tidak bisa mengecek suhu tamu karena pintu di depan, tapi banyak tamu yang langsung masuk dari pintu atas dari tempat parkir. Protokol kesehatan sulit kami lakukan karena kami tidak bisa mengontrol tamu," katanya, dalam kegiatan Bimbingan Teknis Program CHSE (Clean, Health, Safety dan Environment  Sustainability) di Grand Artos Hotel & Convention Magelang, Selasa (24/11/2020).

Di rumah makan yang berjaral 300 meter dari objek wisata Nepal Van Java ini, ia susah membatasi tamu yang langsung datang ke lokasi. Pada tamu yang memesan terlebih dahulu, ia berusaha menerapkan protokol kesehatan dengan meminta tamu luar daerah agar membawa surat sehat. Ia juga tidak bisa menerapkan pelayanan mengambilkan makanan pada sistem prasmanan, sebab akan membutuhkan banyak petugas yang menunggui makanan.

Meski demikian, untuk di lokasi kamping dan glamping (glamour camping), ia bisa menerapkan pembatasan sebab harus reservasi terlebih dahulu. Tamu glamping ia batasi maksimal delapan orang per tenda dan camping hanya 25-30 orang.

BACA JUGA: Misteri Macan Tutul Merapi: Sering Dilihat Orang, Penampakannya Tak Pernah Tertangkap Kamera

Pemilik Homestay Omah Cilik di Karangrejo Borobudur, Widodo, mengatakan saat ini ia terpaksa membatasi tamu. Di homestay miliknya yang sejumlah tiga kamar dan homestay lain yang dikelolanya sejumlah 20 kamar, kini hanya bisa menerima 50% dari kapasitas demi menerapkan protokol kesehatan. Adapun untuk wedding, di tempatnya yang bisa memuat 300 orang kini dibatasi maksimal hanya 100 orang.

"Saat ini kami tidak hanya memikirkan profit, tetapi memikirkan dampak lingkungan dan keberlangsungan pariwisata agar aman untuk semua," kata Ketua BUMDes Karangrejo tersebut.

Kepala Seksi Industri Bidang Destinasi di Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olaraga Kabupaten Magelang, M. Hariyadi, mengungkapkan tren pariwisata di era pandemi ini menerapkan paradigma baru, di antaranya harus menerapkan physical distancing, sanitasi hingga durasi.

"Saat ada pandemi Covid-19, pariwisata terdampak paling awal dan pulih paling akhir. Kabupaten Magelang lebih baik daripada daerah skeitar karena kita punya Candi Borobudur yang ramai dikunjungi wisatawan. Tetapi, harus diperhatikan protokol kesehatannya," jelasnya.

BACA JUGA: Studi: Bermain Boneka Membawa Manfaat Besar untuk Anak

Ia mengakui di masa ini pengusaha di bidang pariwisata memang harus mengeluarkan cost lebih besar untuk protokol kesehatan. Untuk pengecekan suhu, ia menyarankan pengusaha membeli alat otomatis sehingga tak perlu menempatkan petugas. Adapun untuk kerumunan, ia menyarankan pemilik usaha mengingatkan melalui pengeras suara setengah jam sekali atau saat ada kerumunan. Pemilik usaha juga diminta menyediakan masker.

Akademisi dari STIEPARI Semarang, Aletta Dewi Maria mengungkapkan saat ini pengelola usaha wisata harus menerapkan CHSE. "Sebab peningkatan kesadaran masyarakat terhadap CHSE saat ini besar karena adanya pandemi Covid-19. Ini sudah menjadi permintaan dan perilaku wisata di era saat ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Makna dan Sejarah Telur Paskah, Simbol Kebangkitan Yesus Kristus

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement