7 Tips agar Tidak Tersesat di Gunung
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Mendaki sampai puncak merupakan impian bagi setiap pendaki gunung. Namun, tujuan mendaki sebenarnya adalah kembali ke rumah dengan selamat.
BACA JUGA: 8 Spot Mancing di Jogja, Gratis & Bawa Ikan Sepuasnya
Advertisement
Dengan demikian, penting untuk memahami apa saja yang harus dilakukan agar tidak tersesat di gunung dan dapat kembali dengan selamat sampai rumah.
Kelelahan hingga tersesat di gunung tidak jarang terjadi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya persiapan dan menggampangkan situasi di gunung.
Lalu bagaimana sebenarnya standar mendaki gunung yang aman dan tidak tersesat di gunung? Berikut ini tipsnya:
Persiapan Fisik dan Mental
Hal yang paling utama sebelum mendaki gunung adalah mempersiapkan fisik dan mental, kesiapan ini yang menentukan apakah pendaki bisa bertahan di alam bebas dan mampu menghadapi situasi yang tidak terduga di gunung. Adapun persiapannya seperti melakukan olahraga atau jogging sebelum mendaki, pastikan mendaki dalam kondisi fit, dan memiliki keyakinan mampu mendaki gunung dengan baik. Hal tersebut penting untuk diperhatikan agar tidak merepotkan rekan pendakian lainnya.
Pelajari Rute Pendakian dan Karakteristik Gunung
Bagi pendaki pemula atau pendaki berpengalaman penting untuk mempelajari rute pendakian gunung yang akan didaki beserta karakteristiknya. Informasi tersebut bisa didapat melalui internet maupun bertanya kepada orang yang pernah mendaki gunung yang akan didaki tersebut. Bisa juga untuk menyertakan teman atau pendamping yang telah mengenali medan pendakian, yang terpenting adalah gunakan jalur pendakian resmi dan legal.
Pada beberapa gunung ketika di basecamp pendakian, calon pendaki akan dibekali informasi dan peta sesuai dengan jalur yang dipilih untuk mendaki. Hal ini memudahkan pendaki untuk menemukan jalur yang tepat untuk didaki. Penting juga untuk bertanya kepada pendaki lain apabila sedang ragu memilih jalur pendakian.
Hindari Pendakian di Malam Hari
Waktu pendakian terbaik adalah saat pagi, siang, atau sore hari ketika masih terang. Melakukan pendakian di saat masih terang akan memudahkan pendaki untuk melihat jalur pendakian dengan jelas, mengetahui pos-pos dan penanda tertentu, serta dapat melihat lingkungan sepanjang jalur. Menghindari pendakian di malam hari merupakan keputusan yang tepat, karena mendaki di malam hari cukup beresiko dan bisa tersesat terlebih bagi pendaki yang belum mengenal jalur pendakian. Namun, beberapa pendaki lebih nyaman mendaki di malam hari karena menghindari teriknya matahari dan tidak perlu melihat jalur pendakian yang membuat mental terganggu karena masih jauhnya perjalanan. Meski begitu, pendakian di malam hari perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan baik.
Jangan Terpisah dari Kelompok
Jangan sampai terpisah dari kelompok di jalur pendakian dan jangan meninggalkan rekan yang tertinggal sendirian. Penting bagi suatu kelompok untuk menentukan leader (pemimpin) yang berada di garis depan untuk memilih jalur pendakian yang tepat dan sweeper (penyapu) atau orang yang berdiri di paling belakang untuk memastikan dan menjaga kelompok dari belakang. Sweeper bertugas untuk tetap berdiri di paling belakang apapun situasinya, ketika terdapat pendaki yang beristirahat lebih lama dari pada yang lainnya, sweeper tetap menunggu dan tidak meninggalkan rekannya.
Usahakan juga mengajak teman ketika buang air, agar menghindari tersesatnya di gunung.
Membawa Alat Telekomunikasi
Membawa alat telekomunikasi seperti handy talkie (HT), kompas, dan membawa nomor telepon petugas pos pendakian sangat dianjurkan, hal ini akan memudahkan pendaki apabila terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti tersesat.
Pahami Cuaca di Gunung
Apabila cuaca ekstrem seperti badai terjadi ketika mendaki, baiknya untuk berhenti dan menunggu cuaca membaik. Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti hipotermia, terpeleset, dan tersesat di gunung.
Tetap Tenang dan Jangan Panik
Ketika tersesat di alam bebas seperti gunung, tetap tenang dan jangan panik. Praktikkan metode ini: stop, think, observe, and plan yang sudah dikenal baik di kalangan pendaki.
Stop: berhenti sejenak ketika menyadari sedang tersesat, duduk dan dinginkan pikiran.
Think: berpikir untuk kembali ke jalur pendakian, usahakan jangan sampai melamun, dan coba evaluasi dan mengingat jalur sebelumnya.
BACA JUGA: 5 Air Terjun Unik di Jogja
Observe: mengamati keadaan lingkungan sekitar, petunjuk alami seperti matahari, bulan, bintang, sungai, atau alur air dan petunjuk nonalami seperti jejak tapak, tali, pita yang disematkan di pepohonan sebagai penanda jalur, suara manusia (pendaki lain).
Plan: Berdayakan diri untuk dapat bertahan hidup dengan bawaan pribadi sampai menemukan jalur kembali atau ditemukan oleh pendaki lain. Tetap berusaha menghubungi orang lain dengan HT atau telepon jika terdapat sinyal. Jangan panik dan tetap waspada terhadap hal-hal di luar kendali kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Solo Traveling sedang Tren, Ini 5 Negara Terbaik bagi Para Solo Traveler
- Penasaran Naik Lamborghini di Sirkuit Balap, Ini Simulatornya Pertama di Asia
- Festival Cokelat Nglanggeran Segera Digelar, Bermacam Produk Cokelat Bakal Dihadirkan
- Digelar Lagi, Ini Jadwal Festival Prawirotaman dan Fashion on the Street Prawirotaman
- Ini Dia Surganya Solo Traveler di Asia Tenggara
Advertisement
Kembali Aktif Setelah Cuti Kampanye, Ini Pesan KPU Kepada Bupati Halim dan Wabup Joko Purnomo
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement