Advertisement
Di Coober Pedy, Penduduk Tinggal dan Beribadah di Bawah Tanah

Advertisement
Harianjogja.com, ADELAIDE—Sebuah kota di Australia Selatan memungkinkan warganya untuk tinggal hingga beribadah di bawah tanah. Pasalnya, mereka tinggal di wilayah pertambangan.
Kota itu bernama Coober Pedy, yang dalam bahasa Aborigin artinya “orang kulit putih di dalam lubang”. Kota itu letaknya 846 km sebelah utara Adelaide. Kota ini terkadang disebut sebagai "ibu kota opal dunia" karena banyaknya opal berharga yang ditambang di sana. Opal merupakan batu permata yang banyak ditemukan di Australia.
Advertisement
Melansir Insider, banyak penduduk Coober Pedy tinggal di galian bawah tanah untuk menghindari panas. Selama bulan-bulan musim panas di kota ini, suhu bisa mencapai 120 derajat Fahrenheit.
Menariknya, mereka tidak hanya tinggal di bawah tanah, melainkan menjalankan hampir semua aktivitas di sana, baik itu berbelanja hingga beribadah ke gereja yang juga berada di bawah tanah. Warga setempat mengklaim tinggal di bawah tanah jauh lebih sejuk daripada di permukaan.
Meski berada di bawah tanah, namun banyak fasilitas tersedia di sana, seperti air, listrik, hingga akses internet. Meski demikian, karena iklim kering, air kadang-kadang sulit didapat. Tak heran, di sana dipasang tanda yang memberitahu masyarakat untuk menghemat air di Coober Pedy. Menurut ABC News, Coober Pedy mengambil air dari Great Artesian Basin yang terletak sekitar 15 mil jauhnya dari kota.
Kota ini memiliki nuansa yang menakutkan dan seperti dunia lain, meskipun merupakan rumah bagi sekitar 2.500 penduduk. Sekitar 80% penduduk setempat telah membuat rumah di dalam batu pasir tersebut.
BACA JUGA: 5 Destinasi Unik Dunia, dari Pegunungan Avatar sampai Kuburan Bawah Tanah
Bahkan, kini wisatawan bisa berkunjung dan menginap di salah satu rumah yang menerima tamu. Tak hanya bisa ikut tur berpemandu, para tamu juga dapat menghadiri kebaktian gereja. Faktanya, gereja ini terletak 55 kaki di bawah permukaan bumi.
Meskipun masyarakat Aborigin telah lama mendiami wilayah tersebut, para penambang pertama kali pindah ke kota ini pada tahun 1916. Setelah Perang Dunia I, tentara kembali ke rumah dan mulai menambang opal, permata berharga di daerah tersebut.
Coober Pedy pernah tertutup oleh lautan, yang membantu terciptanya tambang opal di kota tersebut. Saat air surut, mineral dari dasar laut mengisi retakan di bumi dan menciptakan batu opal berwarna-warni di dataran tersebut.
Ketika penambangan opal mulai menjadi bisnis yang stabil – namun tidak begitu berkembang pesat – penduduk Coober Pedy mulai mengubah tambang opal yang terbuang menjadi tempat galian permanen. Banyak yang mengubah tambang menjadi rumah sementara untuk menghindari panas yang menyengat. Dengan eksterior rumah yang menyerupai gua, proses menuju ke bawah tanah mungkin tampak seperti sebuah petualangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Insider
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Insiden Rinjani, Kemenpar Tegaskan Pentingnya SOP Pendakian
- Enaknya Makan Apa Siang Ini di Jogja, Cek Rekomendasinya
- Pendaki Asal Brasil Jatuh di Gunung Rinjani Dievakuasi
- Menikmati Wisata Sungai di Canden Bantul
- Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement

Top Ten News Harianjogja.com Minggu 29 Juni 2025: Parkir Malioboro, Sekolah Rakyat hingga OTT KPK
Advertisement

Menanti Kisah Dunia Fesyen Setelah Anna Wintour Mundur dari Vouge Amerika Serikat
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement