Advertisement
Jogja Tak Cuma Malioboro, Kampung Wisata Ini Tawarkan Serunya Urban Farming untuk Wisatawan
Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah Bausasran, Winaryati Esperanza (kelima kanan) menerima tamu yang berkunjung ke kampung sayur Bausasran. - Istimewa/Kampung Sayur Bausasran
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemkot Jogja berupaya meratakan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kota Jogja. Tak hanya berfokus pada kawasan-kawasan mainstream, wisatawan diajak untuk melirik kampung wisata sebagai destinasi wisata alternatif.
Salah satu kampung wisata yang siap menerima kunjungan wisatawan adalah Kampung Wisata Bausasran. Kampung wisata ini menjadikan konsep kampung sayur dengan aktivitas urban farming di dalamnya menjadi potensi yang diunggulkan dan disajikan kepada wisatawan.
Advertisement
Kampung sayur ini turut digerakkan oleh Kelompok Tani Gemah Ripah Bausasran. Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah Winaryati Esperanza menyebut Kampung Bausasran telah dicanangkan sebagai Kampung Wisata sejak 2022.
Aktivitas di Kampung Wisata Bausasran dikemas dalam berbagai paket-paket wisata. Harganya pun terbilang terjangkau. Wisatawan hanya perlu mengeluarkan kocek sebesar Rp80 ribu per orang untuk bisa melakukan berbagai aktivitas urban farming di Kampung Wisata Bausasran.
“Ada 6 paket wisata, semuanya tentang pertanian perkotaan. Misalnya, paket budidaya sayuran, paket budidaya hidroponik, paket budidaya ikan dan olahannya,” ujar Winaryati, Minggu (22/12/2024).
BACA JUGA: Makan Bergizi Gratis, Pemkot Jogja Bakal Libatkan Kampung Sayur
Winaryati mengatakan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wisata Bausasran diajak untuk merasakan sensasi sejuknya pertanian di tengah perkotaan. Selain menanam dan melakukan budidaya ikan, wisatawan juga diajak untuk membuat berbagai produk-produk olahan. Salah satu produk yang jadi unggulan adalah produk olahan bayam Brasil.
“Di tempat kami ada 6 kelompok tani. Masing-masing kelompok itu punya produk unggulan, sayuran yang ditanam tidak sama. Kalau di Gemah Ripah misalnya membranding di sana budidaya dan pengolahan bayam brazil. Ada 11 produk turunan dari bayam brazil itu. Ada kripik, basreng, stik keju, mie, pangsit, dan lain-lain,” kata dia.
Winaryati mengatakan sejauh ini wisatawan yang hadir kebanyakan dalam bentuk kelompok. Beberapa diantaranya adalah kelompok mahasiswa, ibu-ibu, hingga kelompok tani dari berbagai daerah se-Indonesia. “Tak hanya wisata, tapi di sini sekaligus ada edukasinya. Diharapkan berbagai aktivitas yang dilakukan di Kampung Wisata Bausasran bisa diterapkan oleh wisatawan sesampainya di tempat tinggal masing-masing.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- GPIB Marga Mulya di Jogja Dibuka untuk Wisata Arsitektur Indis
- Cara Bersihkan Koper Usai Liburan agar Bebas Bakteri dan Bau
- Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
Advertisement
Arus ke Wisata Dominasi Nataru, Dishub DIY Siapkan Rekayasa Lalin
Advertisement
Tahun Depan, Malaysia Luncurkan Paket Umrah dengan Kapal Pesiar
Advertisement
Advertisement
Advertisement



