Advertisement

Berkunjung ke Desa Terbaik di Dunia

Sugeng Pranyoto
Selasa, 10 April 2018 - 14:35 WIB
Maya Herawati
Berkunjung ke Desa Terbaik di Dunia Desa Penglipuran di Bali. - Harian Jogja/Sugeng Pranyoto

Advertisement

Harianjogja.com, BANGLI-Selama dua hari pada 26 dan 27 Maret, rombongan Dinas Komunikasi, Informasi dan Persandian Pemkot Jogja berkunjung ke Bali. Salah satu lokasi yang dituju adalah Desa Penglipuran.

Desa Penglipuran yang berlokasi di Bangli, Bali, pernah dinobatkan sebagai satu di antara desa terbaik di dunia, beberapa waktu lalu. Selain Penglipuran, dua desa terbaik lainnya adalah Desa Giethoorn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India. Salah satu indikator desa-desa itu menjadi terbaik karena kebersihan dan keunikan kampung tersebut.

Tak salah memang Desa Penglipuran disebut sebagai desa terbaik di dunia. Selain bersih di tempat itu, warga masih menjaga kehidupan budaya dan tradisionalnya. Desa Penglipuran sendiri berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Kota Denpasar. Lokasinya tidak jauh dari Gunung Batur dan Danau Batur. Tak ayal, suasana desa itu sangat sejuk.

Sebelum masuk ke desa itu, wisatawan akan melewati hutan bambu. Di sepanjang perjalanan rimbunan pohon bambu tertanam di kiri dan kanan jalan, sehingga jalan yang dilalui sangat nyaman. Keunikan lain dari desa ini, sepeda motor dan mobil dilarang masuk desa, sehingga udaranya segar, terbebas dari polusi.  Motor dan mobil akan ditaruh di garasi belakang rumah dengan jalur masuk yang berbeda.

Desa juga tampak bersih. Kebersihan sudah diajarkan orang tua di desa itu sejak turun temurun. Sedangkan, untuk kebersihan di tempat-tempat suci seperti pura, yang bertanggung jawab adalah kepala desa adat.

Selain tidak boleh buang sampah sembarangan, warga juga tidak boleh merokok sembarangan di sana karena bisa merusak lingkungan. Kalau ingin merokok, harus merokok di tempat yang sudah disediakan.

Yang unik lagi dari desa ini adalah rumah-rumah penduduk. Pintu masuk atau angkul setiap rumah dibuat sama bentuknya dan ukurannya.  Tidak hanya bentuk rumah yang sama, pembagian dari masing-masing tata ruang rumah juga sama, seperti kamar tidur dan dapur.

Made Mulyana, warga Bali menjelaskan perbedaan rumah yang ada di Desa Penglipuran dengan rumah lainnya terutama di kota. “Kalau di Desa Penglipuran jumlah bangunannya ada lima untuk satu keluarga,” kata Made Mulyana kepada Harian Jogja.

Sebanyak lima bangunan itu memiliki fungsi yang berbeda-beda. Rumah utama dengan ukuran 6x7 meter terdiri dari dua kamar diperuntukkan bagi bapak dan ibu dan anak sampai usia tujuh tahun. “Kemudian bangunan kedua untuk kakek dan nenek,” katanya.

Bangunan ketiga dengan empat kamar diperuntukkan bagi anak-anak yang sudah beranjak dewasa. Bangunan keempat yang ukurannya lebih kecil disediakan untuk tamu. “Satu bangunan lagi diperuntukkan  untuk upacara atau kegiatan-kegiatan,” katanya.

Tak hanya itu di setiap rumah itu masing-masing dilengkapi dengan pura keluarga. “Pura yang ada di desa ini posisinya di timur karena menghadap Gunung Batur,” ujarnya.

Sistem Perwakilan
Desa Adat Penglipuran menggunakan sistem perwakilan dengan jumlah 76 dewan desa. Jumlah itu menggambarkan 76 angkul-angkul dari jejer barat sebanyak 38 dan jejer timur sebanyak 38 yang saling berhadapan.


Menariknya lagi, Desa Penglipuran juga melakukan pengelompokan dari tata ruang desa. Di bagian utara dan letaknya lebih tinggi dari rumah penduduk terdapat pura Desa yang disebut Pura Penataran.

Advertisement


Di bagian tengah desa yang letaknya di bawah pura, adalah zona tempat penduduk. Warga desa sehari-hari bekerja sebagai petani, pengrajin anyaman bambu dan berternak.
Luas dari area desa sekitar 112 hektare dan tidak semua lahan desa digunakan sebagai rumah penduduk. Sekitar 40% dari lahan desa adalah hutan bambu.


Laiknya tempat wisata, warga desa itu juga banyak yang menjajakan makanan dan suvenir untuk wisatawan. Namun, uniknya mereka membuka warung di rumah-rumah mereka tanpa mengubah bentuk bangunan. Wisatawan yang datang pun desa bebas boleh memasuki rumah-rumah warga dan berinteraksi dengan warga Desa Penglipuran.


Penduduk Desa Penglipuran memiliki minuman khas yang disebut loloh cemceman. Minuman ini memiliki rasa seperti air tape dan memiliki warna hijau karena bahan dasarnya adalah perasan dari daun cemceman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gempa Magnitudo 5 di Gunungkidul Terasa hingga Trenggalek

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:07 WIB

Advertisement

alt

Awas Migrain Terkait Erat dengan Meningkatnya Risiko Stroke

Lifestyle
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement