Advertisement

Jelajah Kuliner: Nasi Megono dan Tempe Kemul, Sarapan Khas di Wonosobo

Nina Atmasari
Kamis, 27 Oktober 2022 - 21:17 WIB
Budi Cahyana
Jelajah Kuliner: Nasi Megono dan Tempe Kemul, Sarapan Khas di Wonosobo Tim Jelajah Kuliner mencoba nasi megono, menu khas sarapan warga di Wonosobo, Selasa (25/10/2022). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, WONOSOBO—Ada banyak menu untuk sarapan. Setiap daerah punya menu tradisional masing-masing. Di Wonosobo, ada menu khas untuk sarapan, yaitu nasi megono. Seperti apa nasi megono khas Wonosobo? Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Nina Atmasari.

Wonosobo adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Daerah ini dikenal dengan suhunya yang dingin. Di awal musim kemarau, bahkan udara di kawasan dataran tinggi Dieng Wonosobo bisa mencapai di bawah 0 derajat celcius. Keunikan ini menjadi daya tarik, yang dipadukan dengan keindahan alam khas pegunungan, menjadikan Wonosobo banyak dikunjungi wisatawan.

Advertisement

Tak hanya alamnya, budaya di Wonosobo juga bisa menjadi daya tarik yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah kuliner. Di daerah yang masuk di kawasan eks Karesidenan Kedu ini, warganya memiliki tradisi sarapan nasi megono dengan lauk tempe kemul.

Nasi megono adalah nasi yang dicampur dengan parutan kelapa yang sudah dibumbui. Selain itu juga dicampurkan sayuran berupa kol atau kacang panjang. Adapun tempe kemul adalah tempe goreng tepung yang diberi campuran irisan daun kucai. Penjual nasi megono banyak terdapat di Wonosobo pada pagi hari.

Biasanya penjualnya hanya menggunakan sebuah meja untuk menata makanannya di depan rumah dan hanya beberapa kursi untuk pembelinya. Jangan sampai kesiangan jika ingin mendapatkan nasi megono, sebab penjualnya sudah akan membereskan mejanya menjelang siang.

Tim Jelajah Kuliner: Merawat Masakah Warisan Leluhur yang disponsori oleh Badan Otorita Borobudur (BOB) dan Alfamart menyempatkan berkunjung ke Wonosobo di pagi hari, pada Selasa (25/10/2022). Sebuah warung nasi megono milik Sa’adah di Desa Munggang, Kalibeber, Mojotengah, menjadi tujuan kami.

Warung ini sudah mulai sepi saat tim Jelajah Kuliner tiba pukul 08.00 WIB. “Ramainya sudah tadi, karena buat menu sarapan, jadi jam enam pagi sudah ramai. Kalau mulai bukanya jam lima, nanti biasanya jam sembilan sudah habis,” kata Sa’adah.

Sudah 15 tahun, perempuan berusia 56 tahun itu berjualan nasi megono. Setiap harinya, ia dibantu suaminya. Biasanya, sang suami menggoreng tempe kemul di dapur mereka. Sedangkan Sa’adah melayani pembeli di depan dagangannya.

Menggunakan meja sederhana, ia menata jualannya di samping rumah. Ada nasi megono yang ia tempatkan pada sebuah bakul dari anyaman bambu. Di sampingnya ada beberapa mangkuk berisi aneka gorengan yaitu tempe kemul, tahu isi dan ketela goreng. Selain itu, ia juga menjual nasi dan sayur.

BACA JUGA: Jelajah Kuliner: Leker Pak Min, dari Imajinasi sampai Terealisasi

“Bumbu megononya saya bikin sore hari. Pagi hari jam tiga saya mulai memasak nasi dan merebus sayuran. Nanti pas nasinya setengah matang, dicampur bumbu dan sayuran, lalu dikukus sampai nasinya matang,” jelas Sa’adah saat menjelaskan proses membuat nasi megono.

Saat mulai membuka warung, nasi megono masih panas. Nasi megono enak disantap saat masih hangat.

Adapun untuk tempe kemul dan gorengan lainnya, sang suami menggorengnya terus menerus. Jadi, meski sudah semakin siang, tetap ada gorengan panas yang bisa didapatkan.

Sedianya, tempe kemul merupakan tempe goreng tepung seperti kebanyakan. Namun, di Wonosobo, dalam adonan tepung dicampurkan daun kucai yang dipotong halus. Daun ini memberikan rasa gurih yang berpadu dengan asin dari bumbu adonan tepung menjadikan tempe kemul semakin nagih untuk disantap.

BACA JUGA: Jelajah Kuliner: Sarapan Nasi Penggel Bersama Bupati Kebumen

Nasi megono dijual dengan dibungkus daun pidang atau kertas pembungkus nasi. Satu porsi nasi megono biasanya cukup untuk sarapan. Untuk harganya, hanya Rp2.000 per porsi. Murah bukan? Adapun tempe kemul dan gorengan lainnya dijual Rp2.000 untuk tiga biji gorengan.

Biasanya, dalam sehari Sa’adah membuat empat kg nasi dengan campuran sayuran kol 2 kg dan kacang panjang 1 kg. Nasi megono yang dihasilkan dari bahan tersebut bisa menjadi 60 porsi. Para pembelinya adalah warga sekitar terutama yang akan beraktivitas pagi sehingga makan sarapan lebih dahulu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Serangan Wereng Meluas, DPP Kulonprogo Basmi dengan Pestisida

Kulonprogo
| Selasa, 23 April 2024, 15:07 WIB

Advertisement

alt

Resep Jangan Ndeso Lombok Ijo Khas Gunungkidul yang Nikmat untuk Disantap

Lifestyle
| Senin, 22 April 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement