Mengenal Kampung Batik Giriloyo yang Sempat Terpuruk Karena Gempa 2006
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Sempat terpuruk karena gempa Jogja 2006, Kampung Batik Giriloyo kini terus bangkit dan mengembangkan diri. Salah satunya adalah dengan menyuguhkan wisata edukatif.
BACA JUGA: Mengenal Batik Motif Jogja
Advertisement
Berada di kaki bukit, tepatnya di bawah makam Raja-raja Mataram di Imogiri, tidak membuat warga Giriloyo, Wukirsari, Imogiri berpangku tangan.
Berdasar pengalaman dan ketrampilan membatik turun temurun, membuat sebagian besar wanita di desa ini mantap menekuni profesi sebagai perajin batik. Sedangkan penduduk laki-laki banyak mengabdikan diri pada keraton dengan menjadi abdi dalem.
Kampung Batik Giriloyo terdiri dari tiga dusun yaitu Karang Kulon, Giriloyo, dan Cengkehan.
Terdapat lebih dari 1.000 pengrajin batik yang tergabung dalam 12 kelompok batik pada tiga dusun di Giriloyo abad ke-16 tepatnya pada 1635.
Kondisi sentra batik tersebut sempat hancur pada saat terjadi gempa Jogja pada 2006. Tidak ada aktivitas membatik dan masyarakat banyak kehilangan pekerjaannya.
"Setelah gempa kami mulai mencoba bangkit. Jika dulunya kami hanya bisa membuat batik setengah jadi. Kemudian kami digandeng oleh balai besar batik sehingga bisa menjual produk jadi yang menambah nilai jual dari produk kami," kata Ketua 2 Paguyuban Batik Giriloyo Nur Ahmadi.
Nur mengungkapkan, kebangkitan batik di Giriloyo ditandai dengan adanya deklarasi kebangkitan batik pada 27 Mei 2007. Saat itu para perajin menggelar acara selendang terpanjang 1.200 meter masuk rekor MURI.
"Nah, dari situlah menjadi tonggak masyarakat Giriloyo mengembangkan batik tulis," ungkap Nur.
Berbeda dengan batik jenis lainnya, kain batik produksi Giriloyo semuanya adalah batik tulis dengan pewarna alami dan kimia. Untuk pewarna alami, para perajin menggunakan kulit kayu, sedangkan untuk limbah pewarna kimia didesain agar tidak mencemari lingkungan.
"Jadi tidak akan mencemari lingkungan kami. Adapun untuk jenis motif batik yang biasa kami produksi adalah motif klasik Mataram, seperti Sido Asih, Wahyu Tumurun, Sido Mukti, Sido Luhur, Parang hingga Kawung," jelas Nur.
Mengenai harga untuk batik tulis, Nur mengungkapkan harganya bervariasi, mulai dari Rp500.000 hingga di atas Rp2 juta.
"Semua tergantung ukuran dan kerumitannya. Sebab, pengerjaan ada yang dua pekan, tiga pekan sampai 2 bulan, tergantung kerumitannya," papar Nur.
Nur mengungkapkan, batik yang diproduksi biasanya dijual untuk pasar nasional dan internasional. Adapun untuk pemasarannya bisa melalui offline dan online.
"Untuk online, kami ada website. Kami juga ada media sosial berupa instagram. Kami juga aktif ikut pameran," jelas Nur.
Semakin berkembangnya Kampung Batik Giriloyo membuat para perajin dan paguyuban menjadikan Giriloyo sebagai tempat wisata sekaligus belajar bagi masyarakat. Oleh karena itu, paguyuban batik Giriloyo pun membuat sejumlah paket wisata untuk pengunjung yang ingin belajar membatik. Untuk paket pelajar, banderol yang ditawarkan mulai dari Rp250.000.
"Alhamdulillah, kunjungan tamu cukup banyak. Pada 2018 mencapai 28.000, sempat turun sekitar 73 persen karena Covid-19. Namun, pada 2021 sampai saat ini mulai menunjukkan peningkatan. Ada sebanyak 4.000 pengunjung tiap bulannya yang kesini. Mereka dari kota di Pulau Jawa hingga luar negeri," papar Nur.
Salah satu pengunjung, Vera, salah satu pelajar asal Banyuwangi mengaku sengaja datang bersama dengan rombongan guna belajar membatik.
"Iya, sama teman-teman sengaja datang kesini. Ternyata cukup sulit membuat batik," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Solo Traveling sedang Tren, Ini 5 Negara Terbaik bagi Para Solo Traveler
- Penasaran Naik Lamborghini di Sirkuit Balap, Ini Simulatornya Pertama di Asia
- Festival Cokelat Nglanggeran Segera Digelar, Bermacam Produk Cokelat Bakal Dihadirkan
- Digelar Lagi, Ini Jadwal Festival Prawirotaman dan Fashion on the Street Prawirotaman
- Ini Dia Surganya Solo Traveler di Asia Tenggara
Advertisement
Srawung Kali Jadi Wujud Kepedulian Mahasiswa pada Kondisi Darurat Sampah
Advertisement
Orang Tiba-tiba Bisa Bersikap Agresif, Ini 5 Penyebabnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement