Advertisement

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Andreas Yuda Pramono
Minggu, 14 April 2024 - 18:47 WIB
Arief Junianto
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter Antrean di Kopi Klotok, Sleman. - Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Sekitar 17,5 kilometer (km) dari jantung Kota Joja ke arah utara, tepatnya di kawasan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, terdapat kedai yang nyaris menjadi destinasi wajib wisatawan saat berkunjung ke Jogja. Kedai itu bernama Kopi Klotok.

Ketika Harianjogja.com mendatangi lokasi kedai itu, Minggu (14/4/2024) sekitar pukul 16.00 WIB, antrean sudah tampak mengular sepanjang kurang lebih 20 meter. Sementara di bagian lain kompleks Kopi Klotok, orang-orang sibuk menggulung tikar dan mencari tempat berteduh dari gerimis yang turun sore itu.

Advertisement

“Kunjungan di hari Sabtu menurut saya jadi puncaknya. Antrean kendaraannya saja sampai Terminal Pakem,” kata Manajer Kopi Klotok, Prita Damayanti saat ditemui di Kopi Klotok, Minggu.

Diketahui, jika ditarik garis lurus, jarak antara Terminal Pakem sampai Kopi Klotok sekitar 750 meter.

Situasi ramai tersebut, kata Prita, ternyata masih bertahan sampai Minggu kendati tak ada antrean panjang kendaraan sebagaimana sehari sebelumnya.

Pukul 11.00 WIB kendaraan roda empat pelat B dan D terlihat dominan di antrean. Tanpa perlu keahlian khusus, pengunjung juga bisa melihat barisan kendaraan roda empat di ruas-ruas jalan sisi utara dan selatan yang dipakai sebagai kantong parkir.

Paling tidak, barisan kendaraan di setiap ruas di tempat parkir memanjang sampai 60 meter.

Pada akhir pekan bukan hari besar keagamaan, pengunjung yang datang dapat mencapai lebih dari 500 orang. Prita juga telah menyediakan 500 piring. Apabila kurang, piring-piring kosong akan diambil dan dicuci langsung untuk digunakan kembali.

Pada H+2 Hari Raya Idulfitri 2024 sampai sekarang, jumlah pengunjung naik 50% dibandingkan hari biasa.

Kopi Klotok pun terpaksa menutup reservasi sampai Senin (22/4/2024) karena mengantisipasi lonjakan pengunjung. “Kasihan pengunjung luar kota yang datang tapi tidak dapat tempat,” katanya.

Di sebuah bangunan limasan lawas bernama Omah Bakpia, Prita mulai menceritakan awal berdirinya Kopi Klotok. Waktu itu, Prita memakai kerudung merah dan kaca mata berbingkai hitam.

Sebenarnya nama Kopi Klotok berasal dari mana? Prita menjelaskan, nama Kopi Klotok merupakan onomatope. Nama itu diambil dari suara bubuk kopi yang ketika direbus berbunyi, klotok-klotok-klotok.

Sejatinya, Kopi Klotok adalah milik Sri Handayani dan Joko Adi Pramono. Sri merupakan pensiunan pegawai CIMB Niaga dan Joko merupakan wiraswasta di Magelang dan Semarang. Setelah pensiun, mereka mendirikan Kopi Klotok pada 2015 dan menetap di Jogja.

Segmen pasar Kopi Klotok adalah keluarga dan orang-orang yang rindu suasana desa. Sebab itulah, pengunjung Kopi Klotok banyak dari Jakarta.

BACA JUGA: Mampir ke Warung Kopi Klotok, Ini Menu yang Dicicipi Presiden Jokowi dan Keluarga

Selain suasananya yang “ndeso”, salah satu andalan lain Kopi Klotok tentu saja adalah menu makanannya. Menu lodeh baik lodeh terong maupun lodeh kluwih ternyata sangat disukai pengunjung yang rata-rata berasal dari luar kota. Belum lagi pisang goreng ala Kopi Klotok yang selama ini memang banyak dianggap sebagai salah satu ikon kuliner kedai ini.

Titiek Soeharto

Kopi Klotok terus berkembang. Pada 2023, Omah Tempe dan Omah Bakpia didirikan di dalam komplek sebagai pusat oleh-oleh. Pasalnya, pengunjung tidak dapat membungkus makanan dan minuman karena mempertimbangkan stok untuk pengunjung yang datang langsung ke lokasi.

Lebih jauh, Pria mengatakan bahwa Kopi Klotok memiliki dua cabang namun dengan pemilik atau owner yang berbeda. Satu cabang berada di Kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

“Di Cisarua ada juga Kopi Klotok. Tapi beda pemilik. Nanti tetap bagi hasil dengan yang Kopi Klotok di Yogyakarta, kata Prita.

Pemilik Kopi Klotok di Cisarua tak lain adalah Siti Hediati Hariyadi atau akrab dikenal Titiek Soeharto. Dia merupakan anak ke-4 Presiden Soeharto. Titiek yang juga mantan istri Prabowo Subianto mendirikan Kopi Klotok dua tahun lalu.  

Menurut Prita, Titiek dan pemilik Kopi Klotok di Yogyakarta masih memiliki hubungan kekerabatan. “Manajemen di sana kami juga masih membantu,” lanjutnya.

Salah satu karyawan, Fitri mengaku baru bekerja di Kopi Klotok dua tahun lalu. Dia bertanggung jawab mengelola Omah Bakpia. Dia mengakui bahwa keberadaan Kopi Klotok berupaya memberdayakan warga sekitar. “Saya dari Cangkringan saja,” kata Fitri.

Meski bernama Omah Bakpia tetapi ada juga dagangan lain seperti suvenir dan wedang sehat. Wedang sehat ini mirip wedang uwuh khas Imogiri, Bantul tetapi dengan rempah yang lebih banyak.

Fitri menerangkan bahwa setiap akhir pekan, wedang sehat terjual hingga 1.000 bungkus dan pada hari biasa dapat terjual sampai 300 bungkus. Sedangkan, bakpia dapat terjual sampai 100 bungkus per hari apabila situasi kunjungan ramai. Apabila hari biasa, bakpia hanya terjual 70-80 bungkus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Nobar Lesehan bareng Warga, Sultan Bilang Begini Usai Timnas Kalah di Semifinal Piala Asia U-23

Jogja
| Senin, 29 April 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Bukan Kaleng-Kaleng, Segini Harga Fashion Mewah ala Pemain Timnas U-23 Indonesia

Lifestyle
| Senin, 29 April 2024, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement