Advertisement

Menikmati Milk Tea dari Bahan Terbaik ala Tiongkok

Bernadheta Dian Saraswati
Selasa, 10 April 2018 - 19:35 WIB
Maya Herawati
Menikmati Milk Tea dari Bahan Terbaik ala Tiongkok Gerai Chachamilktea menawarkan teh susu ala Tiongkok dan Singapura. - Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pinpin Maryanto pemilik usaha minuman teh susu Chachamilktea mampu mempertahankan bisnisnya hingga enam tahun. Produk Chachamilktea hingga kini masih berjaya mendapat tempat di hati pencintanya. Tak mudah dilalui, namun Pinpin punya prinsip tersendiri.

 

Advertisement

Chachamilktea menjadi salah satu bisnis minuman yang sudah mendapat nama di hati anak muda di Jogja. Minuman dalam gelas plastik berukuran 500 mililiter ini menawarkan sensasi perpaduan susu dan teh yang diramu dengan beragam rasa dan topping.

 

Di salah satu outlet Chachamilktea di Jalan Lempong Sari No.7 Sariaharjo, Ngaglik, Sleman, Rabu (28/3/2018) lalu, Pinpin menceritakan kisahnya memulai bisnis hingga akhirnya memiliki waralaba Chachamilk tea.

 

Chachamilktea lahir setelah usaha penjualan komponen komputer dan gadget bangkrut pada 2012. Pria 39 tahun ini membuka bisnis penjualan komputer itu sejak 2007, tetapi karena para pemain komputer semakin bertambah dan persaingan semakin sengit. Usahanya pun perlahan gulung tikar dengan meninggalkan banyak utang.

 

Setelah bangkrut, Pinpin sempat pergi ke Tiongkok dan Singapura. Di sana ia sempat melihat antrean panjang mengular di sebuah toko minuman. “Saya penasaran itu jual apa ternyata cuma jualan es,” kata bapak dua anak ini.

 

Pinpin pun penasaran dengan rasanya. Ia akhirnya membeli dan membawa pulang minuman susu campur teh itu. Ia berusaha mencari resepnya dan ingin ikut membuka bisnis serupa di tempat tinggalnya di Jogja.

 

Proses percobaan berlangsung tiga bulan. Ratusan gelas milk tea (teh susu) banyak yang tereliminasi karena rasanya tidak cocok di lidahnya. Ia terus berusaha dengan menggunakan bahan-bahan kualitas tinggi dari Taiwan.

 

Setelah bahan-bahan itu diramu dan dibagikan kepada sanak keluarga untuk ikut mencicipi dan memberi masukan, akhirnya Pinpin menemukan rasa yang pas di lidahnya dan lidah orang lain. Mulai dari situlah ia berani untuk menjual minuman susu teh itu secara umum.

 

“Kuncinya bisnis makanan dan minuman itu ada pada bahan. Kalau bikin makanan dengan margarin berkualitas dengan margarin biasa kan pasti beda rasanya kan, maka saya pilih yang fokus pakai bahan grade A [kualitas terbaik],” tuturnya.

 

Chachamilktea memiliki lebih dari 25 varian rasa. Ada tradisional milk tea yang memadukan susu dengan teh khas Indonesia, green milk tea, taro milk tea, vanilla milk tea, banana milk tea, popcorn milk tea, choco pappermint milk tea dan masih banyak lagi. Minuman ini tersaji dengan beragam topping dan dijual mulai dari Rp11.000-Rp16.000.

 

Awalnya Merugi

“Awalnya saya buka dengan gerobak di depan toko aksesori milik istri. Naif memang awalnya, inginnya orang beli, bayar, pergi. Ternyata enggak, banyak yang minum di situ sambil nongkrong,” kata Pinpin. Tiga bulan pertama membuka Chachamilktea pada pertengahan 2012, Pinpin harus menanggung rugi karena dalam sehari omzetnya hanya Rp60.000 dengan total minuman terjual sekitar 10 gelas.

 

Seiring rasanya yang pas di lidah anak muda, semakin hari pengunjung Chachamilktea bertambah. Beberapa pelanggan memberinya masukan menambah jumlah kursi. Pinpin kemudian memakai seperdelapan ruangan toko milik istrinya.

 

Namun Jumlah pengunjung semakin tak terbendung dan akhirnya semua barang dagangan sang isti dijual untuk membayar utang dan diubah menjadi outlet Chachamilktea pertama di Jogja. Saat itu, minuman susu teh ini belum menjamur sehingga Chachamilktea menjadi minuman yang terkenal.

 

Melihat perkembangan bisnis yang pesat itu, Pinpin kemudian menambah outlet di beberapa tempat. Sampai saat ini ada delapan outlet di Jogja yang ia kelola sendiri. Sementara di luar Jogja ada di Lampung dan Solo yang ia buka dengan sistem waralaba atau franchise.

 

Ia mengubah outletnya dari jalanan menjadi outlet rumahan. Semua outlet didesain klasik semi modern menggunakan furnitur jati belanda. Motor vespa juga terpanjang di bagian depan dan dapur sebagai properti yang dapat digunakan untuk berswafoto.

 

Pria lulusan Jurusan Komputer Universitas Bina Nusantara ini enggan menyebut omzet yang ia peroleh. Namun dari jumlah karyawan yang awalnya hanya satu orang hingga saat in ada lebih dari 40 orang, membuktikan bahwa usahanya semakin berkembang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Makna dan Sejarah Telur Paskah, Simbol Kebangkitan Yesus Kristus

Lifestyle
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement