Advertisement

KULINER JOGJA: Pagi Hari Menyeruput Wedang Tahu Kranggan, Lezat Menghangatkan

Lajeng Padmaratri
Jum'at, 23 November 2018 - 10:35 WIB
Maya Herawati
KULINER JOGJA: Pagi Hari Menyeruput Wedang Tahu Kranggan, Lezat Menghangatkan Lapak wedang tahu di Jalan Kranggan, Jogja - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Bagi sebagian orang, minuman bernama wedang tahu barangkali masih asing di telinga. Kuliner yang pas untuk menghangatkan tubuh ini rupanya berasal dari imigran Tionghoa yang masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-19. Kuliner ini awalnya marak di Kota Semarang.

Di beberapa kota, minuman ini memiliki nama lain. Di Solo bernama tahoek, di Surabaya disebut tahuwa sedangkan di Sumatra bernama kembang tahu.

Advertisement

Di Kota Jogja minuman ini disebut wedang tahu. Salah satu penjualnya, Bu Sukardi, bisa ditemudi di Jalan Kranggan,  Cokrodiningratan, Jetis, Jogja. Ia telah berjualan sejak 10 tahun yang lalu tepatnya di persimpangan depan Gudeg Bu Djuminten.

Setiap hari, Bu Kardi membuka lapak mulai pukul 06.30 WIB. Tak berapa lama beberapa orang akan datang membeli seporsi wedang tahu yang dijual seharga Rp6.000. Umumnya mereka membeli untuk dibawa sebagai bekal ke kantor.

“Dulu awalnya yang beli itu kebanyakan orang Tionghoa. Tapi sekarang karena sudah banyak yang tahu lewat media sosial, banyak mahasiswa yang datang mencoba,” jelas Bu Sukardi kepada Harian Jogja belum lama ini.

Wedang tahu merupakan minuman tradisional dari sari kedelai yang disiram kuah jahe. Cara membuat wedang tahu agaknya gampang-gampang susah. Kedelai yang sudah dicuci bersih lalu direndam selama kurang lebih delapan jam.

Setelah dibilas, ia kemudian diblender sampai halus. Kedelai yang sudah halus ini kemudian diperas untuk diperoleh sarinya dan dimasak. Dalam proses pembuatannya, wedang tahu tidak menggunakan pengawet sehingga minuman ini lebih nikmat diminum langsung.

Dalam penyajiannya, semangkok wedang tahu akan bersanding dengan kuah jahe yang memiliki cita rasa rempah-rempah yang kuat. Rasa hangat dari kuah jahe berpadu dengan kelembutan wedang tahu.

Tak hanya bisa ditemui di sekitar Pasar Kranggan setiap pagi, wedang tahu Bu Sukardi sudah memiliki lima cabang lain. Beberapa di antaranya membuka lapak pada sore hari mulai pukul 16.00 WIB.

“Selain di sini ada juga di Pasar Pathuk jam pagi dan sore, di Jalan Kaliurang tepatnya belakang Pasar Colombo, di barat Mirota Godean tiap sore, timur XT Square juga tiap sore,” jelas Bu Sukardi.

Setiap harinya ia bisa menghabiskan sebanyak 10 kilogram untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di kelima lokasi tersebut. Ibu dua anak ini menyebutkan bisa menjual 150 porsi wedang tahu setiap hari kerja. Jumlah ini bahkan bisa lebih ketika akhir pekan.

Jika ingin membeli di Jalan Kranggan jangan sampai kesiangan. Sebab, pada pukul 09.00 WIB biasanya dagangan Bu Sukardi sudah habis dibeli pembeli. (ST15)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok Darah di DIY Menipis, PMI: Aktivitas Donor di Luar Belum Banyak

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Cegah Diabetes, Makan Kue Kering Maksimal 4-5 Keping Sehari

Lifestyle
| Sabtu, 20 April 2024, 18:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement