Advertisement

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Media Digital
Kamis, 25 April 2024 - 22:27 WIB
Mediani Dyah Natalia
Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia Para narasumber Seminar Hari Warisan Dunia bertema Membangun Jejaring dan Komitmen Para Pengelola Warisan Dunia di Indonesia: Bersama-Berdaya-Berjaya sedang foto bersama seusai acara di The Malioboro Hotel & Conference Center, Jogja, Kamis (25/4/2024). Harian Jogja - Sirojul Khafid

Advertisement

JOGJA—Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menggelar Seminar Hari Warisan Dunia bertema Membangun Jejaring dan Komitmen Para Pengelola Warisan Dunia di Indonesia: Bersama-Berdaya-Berjaya.

Berlangsung dari 24-25 April 2024 di The Malioboro Hotel & Conference Center Jogja, ada 80 peserta yang terdiri dari pengelola situs Warisan Budaya Dunia di Indonesia. Terdapat juga para pemerhati situs hingga masyarakat umum.

Advertisement

Menjaga dan merawat Warisan Budaya Dunia merupakan tanggung jawab bersama, dari pemerintah, pengelola, dan yang paling penting juga masyarakat. Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, mengatakan tanggung jawab pengelolaan Warisan Budaya Dunia bukan hanya kepentingan estetik, tetapi juga sebuah kewajiban moral untuk melestarikan kekayaan budaya dan alam bagi peradaban manusia. Indonesia dengan segala kekayaan budaya dan situs di dalamnya, menjadi titik penting serta peta warisan dunia.

Pengelola Warisan Budaya Dunia sebagai garda terdepan dalam perlindungan situs, punya peran yang kritis. Tidak hanya menjaga, tetapi pengelola situs juga merupakan story teller, pelindung, serta penggerak dalam usaha melestarikan nilai penting situs-situs Warisan Budaya Dunia.

“Melalui dialog dan pertukaran pengalaman di seminar ini, mari saling memperkuat jejaring pengelola situs Warisan Budaya Dunia di Indonesia. Semoga bisa menjadi penguat cakrawala pengetahuan dan identifikasi peran serta kontribusi dalam pengelolaan warisan dunia,” kata Sri Sultan dalam sambutan daringnya, Rabu (24/4/2024).

Kerja sama serta kebersamaan menjadi momen positif usaha pelestarian situs-situs di Indonesia. Dengan tetap berinovasi dan berinisiatif, pengelolaan tidak hanya berkonteks nasional, tetapi juga global. Ke depan tidak hanya bertahan, tetapi Warisan Budaya Dunia ini bisa menjadi inspirasi para generasi mendatang dalam keberagaman.

“Menjadi pelita dalam setiap upaya melestarikan situs yang tidak ternilai bagi peradaban Indonesia, sekaligus memandu dan menerangi jalan bagi generasi mendatang dalam memahami kebesaran dan kedalaman peradaban kita,” kata Sultan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan melalui seminar ini, menjadi kesempatan yang baik untuk bertukar pikiran dan pengalaman. Terutama secara bersama-sama melihat dan memastikan Warisan Budaya Dunia di Indonesia terjaga dengan baik. Ada banyak pihak yang terlibat dalam pengelolaan, sehingga perlu adanya keselarasan pemahaman. Pada dasar dan akhirnya nanti, pengelolaan perlu memberi manfaat kesejahteraan dan kemakmuran pada masyarakat dengan berbagai program.

“Keberhasilan pengelolaan situs budaya sangat terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Mari gali potensi agar situs budaya berjalan dengan baik,” katanya.

Kerja sama semakin penting mengingat tantangan merawat Warisan Budaya Dunia semakin berat akhir-akhir ini. Menurut Kepala Unit Kebudayaan Kantor UNESCO Jakarta, Moe Chiba, tantangan ekonomi serta perubahan iklim menjadi yang paling menonjol dalam beberapa tahun belakangan. “Dengan berbagi pengalaman, termasuk antar negara secara kolektif, maka ada harapan terwujudnya manajemen situs budaya yang baik. Perlu ada perencanaan dan pelaksanaan program yang baik,” katanya.

Seminar Hari Warisan Dunia diharapkan menjadi langkah awal para pengelola situs warisan budaya di Indonesia untuk senantiasa bekerja sama dan selaras dalam merawat serta melestarikan Warisan Budaya Dunia di Indonesia.

Kunci Pengelolaan

Pada hari pertama seminar, peserta mendapatkan materi tentang Kebijakan Pengelolaan Warisan Dunia di Indonesia dalam Sistem Warisan Budaya Dunia UNESCO; Peran, Tantangan, Kebutuhan Sumber Daya dan Peluang dalam Sistem Pengelolaan Warisan Budaya Dunia UNESCO; Pemaparan Pengelolaan Borobudur Temple Compounds; Pemaparan Pengelolaan Prambanan Temple Compounds; serta Pengelolaan Situs Sangiran Early Man Site.

Di hari kedua seminar, ada materi tentang Pengelolaan Situs Cultural Landscape of Bali Province: the Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy; Pemaparan Pengelolaan Situs Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto; serta Pemaparan Pengelolaan Situs Sumbu Filosofi atau The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historical Landmarks.

Di sesi pertama, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek, Siswanto, mengatakan pengelolaan Warisan Budaya Dunia sudah masuk dalam perundang-undangan sehingga sudah ada aturan dan pedoman yang jelas.

Dalam pengembangan dan pemanfaatan situs, Kemendikbudristek merangkum dalam empat poin kebijakan. Pertama tentang kebijakan perizinan situs, aktivasi situs, penyusunan pedoman situs, serta penyusunan pedoman dan kajian dampak cagar budaya.

“Setiap Warisan Budaya Dunia, termasuk Sumbu Filosofi di Jogja, tidak luput dari dampak pemanfaatan dan pengembangan. Bahkan itu sebelum dari penetapan, sudah ada potensi bagaimana dampak pelestarian situs Warisan Budaya Dunia,” kata Siswanto.

Sementara pemateri dari Kantor Perwakilan UNESCO Jakarta, Rizki Ferdhyan, banyak berbicara perspektif UNESCO dalam melihat pengelolaan situs. Pengelola yang terdiri dari beberapa pihak perlu punya perspektif yang sama. Apabila tidak, maka akan terjadi kesemrawutan dalam pengelolaan.

Terlebih pengelola Warisan Budaya Dunia sifatnya seumur hidup, akan terus ada selama situs itu berdiri. Apabila pengelola tidak bisa menjaga dan merawat, akan ada pencabutan predikat Warisan Budaya Dunia.

Sebagai pedoman, pengelola perlu memperhatikan tiga pilar utama berupa pemenuhan kriteria situs, integritas dan orisinalitas, serta perlindungan dan manajemen. Pilar pertama dan kedua berlangsung pada saat pengajuan Warisan Budaya Dunia.

“Jangan sampai pilar ketiga jatuh, nanti bisa hancur semua,” katanya. “Sehingga pengelolaan bisa saling membantu satu sama lain, dengan berbagi pengalaman, terutama kerja sama secara nasional dan internasional.” (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ratusan Guguran Lava Picu Perubahan Morfologi Kubah Barat Daya Gunung Merapi

Sleman
| Minggu, 05 Mei 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Peneliti Ungkap 40% Wanita Berisiko Alami Depresi Jelang Menopause

Lifestyle
| Sabtu, 04 Mei 2024, 11:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement